Wednesday, August 31, 2005

Mari pinjam Homo di Perpustakaan

buku

Orang Belanda terkenal cermat, kalau tidak mau dibilang pelit. Jadi yang namanya pinjam meminjam merupakan salah satu jalan keluar untuk irit.

Mainan anak² yang mahal, bisa pinjam di Speel-o-theek. Anak senang mainan bisa berganti-ganti, orang tua senang tidak harus keluar uang banyak.

Orang Belanda selain senang pergi liburan, mereka senang menghias rumahnya. Salah satunya dengan karya seni yang mereka pinjam dari Art-o-theek. Artotheek ini ada di banyak kota, koleksinya bisa ribuan karya seni, dari mulai patung sampai lukisan. Dengan membayar sedikit uang misalnya kita dapat meminjam lukisan dan menikmatinya di rumah.

Perpustakaan di tiap kota, sekecil apapun kota itu, selain menyediakan peminjaman buku juga meminjamkan film, dan terkadang menyediakan ruangan kedap suara untuk latihan musik (kadang piano disediakan).

Tapi baru mulai September ini kita bisa meminjam kaum minoritas dari perpustakaan, tepatnya perpustakaan di kota Almelo. Katanya tak kenal maka tak sayang. Dengan mengadopsi ide dari Swedia, perpustakaan Almelo berusaha agar orang memperoleh kesempatan mengenal lebih dekat kaum minoritas.

Ingin tau tentang homo, Islam, kaum Gypsi? Maka kita bisa 'meminjam' orang dari ketiga golongan itu selama 1 jam. Kita bisa berbincang² dengan mereka di cafe di sebelah perpustakaan. Hanya saja harus cepat membuat reservasi, karena hanya ada 10 orang saja yang bisa 'dipinjam'.

Saturday, August 27, 2005

Talpa tv

Logo Talpa, stasiun tv ke-10
Awal bulan ini ada stasiun TV baru, Talpa milik billioner media John de Mol. Saya sih cuma liat pas siaran pembukaannya, karena ada konser musik. Tapi orang² disekitar saya bolak balik ngomel katanya keterlaluan isinya. Bisa jadi benar, soalnya paling tidak ada dua acaranya yang rada over-the-top.

Pertama: Big Brother. Ok, siapa sih yang ngga tau hebohnya acara ini di mana-mana. Kabarnya BB UK saat ini sampai diprotes penonton karena ada penghuninya yang terlalu tidak senonoh. Nah, BB NL kali ini salah satu penghuninya, Tanja, mengandung 7 bulan dan masih merokok! Mereka harap ia akan tinggal sampai saat melahirkan. Sebelum Tanja terpilih, terdapat 4 kandidat lain yang juga sedang hamil.

Kedua: Ik wil een kind van jou.. en verder niets (Aku mau anakmu... dan tidak yang lain). Ceritanya ada pasangan Lesbian Yessica dan Kristel yang ingin punya anak. Nah mereka mencari ayah biologis yang pas. Tidak perlu sempurna, ganteng, atau genetis yang super. Acara ini sendiri masih belum ditayangkan, malah masih mencari kandidat yang mau jadi donor sperma. Saya ngga tau kalau bukan bule mereka tertarik juga atau tidak. Yang jelas di sitenya sih hanya diminta usia antara 18 dan 45 tahun.

Jangan buru² mikir jorok, katanya acaranya berisi mereka mengunjungi calon donor dan melihat apakah ada kecocokan diantara mereka. Setelahnya? Inseminasi buatan. Menurut sebagian orang, salah pemicu adanya acara ini adalah kurangnya donor sperma di Belanda, dan berubahnya undang² tentang donor sperma.

Ada satu acara reality show lagi, tapi saya lupa tv mana yang bakal menyiarkan, bisa jadi Talpa juga. Isinya tentang lima bekas pelacur yang memulai cafe. Di satu sisi baik sih, mengembalikan mereka ke jalan yang 'lurus', tapi kenapa sih harus disebut mereka tadinya apa? Mungkin kalau hanya tentang lima perempuan membuka cafe kurang memancing rating ya.

Kebayangkan kayak apa isinya tv-nya John de Mol ini? Di sini yang liberal aja banyak yang tidak suka, bisa jadi kalau di Indonesia sudah diserbu FPI dari kemaren²:)

Monday, August 22, 2005

Kemiri alias.....

Kemiri bin Candlenuts

Suatu hari Ibunda tercinta yang mau belanja telefon siang² (disini) dari Amerika:

+ mbak, mama mau masak butuh kemiri, bahasa Inggrisnya kemiri apa sih?
- *sambil langsung jalan ke dapur dan berharap siapa tau ada tulisan bahasa Inggrisnya kemiri di botol* duh, apa ya... ngga pernah beli kemiri pakai bahasa Inggris
+ kemarennya oom B sudah ngasih tau, tapi lupa...
- lah, kenapa ngga dicatet? *mulai duduk sambil buka kamus Indonesia-Inggris, krn di dapur ngga ketemu*
+ itu dia, apa ya... kayaknya Firenuts atau apa gitu..
- masa sih? Ngga pernah denger ada nuts namanya kayak gitu *bingung, dan mulai buka kamus Belanda- Inggris*
+ lah, kalau kamu belanja gimana?
- ya.. taunya bahasa Belanda
+ Emang bahasa Belandanya apa?
- *dengan mantab* Kemirinoten hahahahaha
+ hahahahaha... masa sih?
- iya, ngga bohong. Dah nih ketemu: candlenuts, jauh bener sama firenuts
+ ya kan mama ingetnya jaman dulu itu dipakai buat sentir, dibakar²
- sip mam...

Enaknya tinggal di Belanda, bumbu Indonesia banyak yg namanya sama, terutama kalau di toko Cina :)

Friday, August 19, 2005

Liburan = Camping

Dari stacaravan sampai vouwcaravan

Biar bertahun-tahun di sini, satu hal yang saya tidak pernah ngerti adalah kesenangan bule² untuk camping alias berkemah.

Setiap liburan musim panas jalan dipenuhi oleh karavan yg merayap dari satu negara ke negara lain untuk berkemah. Sampai² ada hari Sabtu tertentu di bulan Juli yang disebut Sabtu Hitam, karena macetnya bisa sampai 24 jam di seluruh negara. Belum lagi ada satu hari tertentu diakhir musim semi, dimana orang berduyun² mengantri untuk menandai lahan yang nantinya akan dipakainya camping di suatu hutan di utara Belanda.

Camping sendiri bentuknya tidak terbatas seperti di Indonesia yang hanya memakai tenda ditengah alam tanpa fasilitas extra, yang menurut saya 'kemah' dalam arti sebenarnya. Camping di sini bisa berarti kita tinggal di tenda di kawasan camping yang dilengkapi sarana kamar mandi dan kamar kecil umum komunal yang baik, jauh lebih baik daripada di Cibubur. Bisa juga artinya kita tinggal di stacaravan, karavan yang permanen berdiri di sana, dan biasanya lumayan besar. Paling tidak didalamnya ada kamar tidur sendiri, kamar mandi & kamar kecil serta ruangan untuk duduk², makan dan dapur yang lumayan lengkap (mesin pendingin dan kompor sudah pasti ada, kadang bahkan ada mesin cuci piring).

Bisa juga kita membawa karavan milik pribadi atau menyewanya. Yang ini bentuknya bisa macam² juga, ada yang terpisah dari mobil kita - jadi harus digandeng; ada juga yang jadi satu dengan tempat menyupir, ada juga yang digandeng tapi masih harus dibangun dulu sesampainya di tujuan - dikenal sebagai vouwcaravan alias karavan lipat.

Menurut mereka, enak sekali liburan di tempat camping. Dekat dengan alam, romantis, bisa berpindah² tempat setiap hari kalau mau, bisa berkenalan dengan tetangga di tempat camping, siapa tau ada summer love. Alasan lain: murah. Ini penting bagi Belanda, karena mereka amat cermat kalau tidak mau dibilang pelit. Dengan camping mereka bisa liburan berlama², maklum libur mereka setahun sekitar 5 minggu.

Kemarin saya ngobrol dengan pengacara sukses yang kebetulan keturunan Turki dan beristri Belanda. Ia bercerita tentang liburannya di Spanyol dan Prancis belum lama ini, bagaimana mereka sekeluarga senang sekali tinggal di bungalow di camping Spanyol, dan di Karavan selama di Prancis yang dilakukan untuk pertama kalinya. Menurutnya dibandingkan tinggal di hotel berbintang 5, tinggal di camping 10 kali lebih menyenangkan. Sampai² sepulangnya liburan, ia membeli vouwcaravan! "Volledig geintegreerd (integrasi secara menyeluruh dengan kultur Belanda)", celetuk saya. Dan kami pun tertawa² sambil kemudian membahas iklan Knorr Roti di tv tentang perkawinan intercultural dimana digambarkan si istri bule sibuk memasak roti kari ala Surinam, sementara suaminya yg Creol hanya mau makan hutspot dan sibuk membersihkan karavannya.

Saya jadi kepikiran, kenapa ya kebanyakan orang Indonesia (yang saya kenal) tidak suka camping? Bagi saya sendiri sih saya butuh dinding dan atap yang kokoh. Kemudian ide bahwa masih harus masak, bolak balik bebenah selama liburan amat tidak menarik. Belum lagi bila di tempat camping jarak dengan tetangga dekat, dan belum tentu mereka tidak ribut baik siang maupun malam... tidak ada privacy. O ya, satu lagi: mungkin karena di tanah air banyak gubuk, jadi ide untuk liburan ditempat 'seadanya' tidak menarik.

Jangan salah, waktu saya kecil sih saya senang² aja berkemah. Terakhir saya kemah kayaknya waktu SD deh, biasa... pramuka. Setelah itu tidak pernah lagi rasanya. Hmm, pernah juga sih nginap di stacaravan di Disneyland Paris, tapi itu sih cuma 1 malam numpang tidur judulnya dan ngga pakai masak²an. Banyak juga sih yang membujuk, katanya beda kemah di sini, beda juga karena sekarang bukan anak² lagi. Iya, apa yang mereka katakan ada benarnya, tapi tau ya.. koq masih ngga kepengen ikutan camping bila diajak. Jujur saja, bulan Mei lalu hampir aja 'digeret' camping, untung udaranya lagi busuk-busuknya jadi niat itu batal. Fiuh! Rasanya lega deh, jarang² saya senang udara jelek :)

Komedian Jörgen Raymann yang orang Surinam itu pernah berujar, "saya tidak mengerti kenapa kalian Belanda kalau liburan senangnya seperti daklozen (tunawisma bin mbambung kata orang jawa, alias homeless)?" Setuju Jörgen... saya juga masih tidak mengerti.

Wednesday, August 17, 2005

When in Rome, kiss like Romans do...

muach muach muach

Living abroad means one learns new customs. One of the most important customs I've learnt is about greeting. As experts say, the first impression is the most important thing. One needs to know how to properly greet others and like it or not, in some cultures it sometimes involves kissing.

In most of English speaking countries, the standard greeting would be a handshake, while in Asian countries one bows or waves. But it's different in many European and Latin American countries, it involves kiss(es) on the cheek. Sometimes people kiss you even on the first meeting!

Being friends with people from these countries can lead into some (fun) confusion among us. Do I kiss them according to my family's customs (mine give each others two kisses, but I can’t say the same for other Indonesians), Dutch customs or their customs? Is it one, two, or more kisses?

Germans rarely greet with a kiss, while Chileans prefer to give a mixture of handshake and hug.

In USA, a single kiss is acceptable. But I guess this is more applicable in the big cities, as for the rest of the country you can’t go wrong with a brief hug. Single kiss is also done in Argentina, Peru, Mexico and Switzerland. I even heard that a single kiss right on the lips is done in some Middle Eastern countries, but of course not between men and women.

In Spain, Austria, Sweden, Britain you can expect to get two kisses.

Triple puckers are done in Egypt, Lebanon, and Russia. Belarusian also gives three kisses; but then again I met all of my Belarusian acquaintances in Holland, it was probably according to Dutch customs.

With the French it's a bit tricky. It depends on where they come from. Here are some examples: in Paris it is two, in Bordeaux it is three, in some Southern parts of France it is four kisses! Oh la la… I heard there is a saying in French: if you kiss only one cheek, the other one will be jealous. So I think you'll be fine by giving your French friend at least two kisses.

How about in Holland? Most of my first meetings with a (new) Dutch friend started with a handshake and we kiss when we depart. Of course when I meet some close friends of mine, I kiss them in both accounts. I've learnt that more and more Dutchy kisses three times, though some of them (mostly those who live up North) still prefer to do two kisses. They say it is too much to do it three times.

As for now, I give by default three kisses in Holland, two kisses (to some people) in Indonesia and do what ever I feel like in the rest of the world.

ps: Turns out Belarusian normally give two kisses.

Tuesday, August 16, 2005

Pria Belanda Tidak Bisa Flirting!

Xander de Buisonje & Mark van der Loo

Belum lama ini diadakan survey via internet oleh perusahaan deodoran AXE mengenai bagaimana pria Belanda mendekati wanita. Dari 120 ribu responden, 60% diantaranya menggunakan taktik ala womanizer yang ngga ada matinya. Baru setelah menginjak usia 30 tahun mereka memulai pendekatan dengan obrolan yang menarik.

Boleh dibilang hasil survey ini sesuai dengan pengamatan Sophie Perrier, wartawan koran Prancis Libération, dalam bukunya 'De mannen van Nederland' yang terbit empat tahun lalu. Menurut pengamatannya dan 36 narasumbernya yg terdiri dari 35 wanita asing dan 1 homo Spanyol, ada dua metode mendekati wanita yang dipakai oleh pria Belanda. Cara pertama, lambat. Mereka menggunakan networknya untuk mengenal wanita, kemudian secara hati² mencari tahu apakah wanita itu tertarik padanya. Baru setelah berlama-lama, mungkin ia akan mengajak wanita tersebut nge-date!

Cara yang cepat: Tempat kamu atau tempatku?

Menurut buku ini, pria Belanda penampilannya menarik, mereka tinggi, biasanya tidak terlalu kurus (karena kemana-mana naik sepeda kali), dan kebanyakan pirang. Selain itu mereka bisa dipercaya, reasonable dan biasanya mau turut serta mengurus rumah tangga. Tapi jangan mengharapkan passion maupun romantisme, mereka tidak punya itu. Kalau pergi date-pun siap² saja going dutch alias bayar sendiri-sendiri.

Bila tertarik dengan pria Belanda, maka bersiaplah aktif mendekati mereka. Bisa jadi ini akibat emansipasi di Kikkerland ini, pria amat menghargai wanita. Jadi jangan harap ada orang yang flirting dengan perempuan yang lewat. Kalaupun ini terjadi, dalam pengalaman saya pelakunya hampir pasti orang asing.

Beberapa waktu yang lalu saya sempat gondok ketika sedang jalan sendiri di downtown, tau² ada orang yang seakan² memanggil² tapi tak jelas. Ketika saya liat, ternyata pria² Indonesia yang saya tidak kenal sedang kongkow. Idih, kayak tukang bangunan di Jawa! Masalahnya saya sudah biasa bertahun-tahun jalan sendiri tanpa ada yg siul², atau manggil² tidak jelas seperti yang sering terjadi di tanah air. Orang sini paling banter melirik di jalan, kalau sampai bilang "hai" itu sudah kemajuan banget dan ini pun biasanya dilakukan oleh mereka yang cenderung bekerja secara fisik. Jujur saja, awal tinggal disini rasanya aneh juga, sudah dandan cantik² rasanya ngga ada yang liat. Kalau di Amerika modal lipstick aja bisa ada orang flirting di jalan.

Kebiasaan ini rupanya juga membuat pria asing kadang serba salah. Bisa jadi saat memberikan pujian terhadap perempuan Belanda, pria itu dimaki sebagai sok macho. Pernah teman pria (bukan Belanda) saya berkomentar setelah uluran tangannya saya sambut ketika saya harus turun dari kereta, "Tumben tau". Sebetulnya hal itu adalah tindakan gentleman biasa untuk membantu menjaga keseimbangan, tapi rupanya menurut pengalamannya dengan perempuan Belanda, mereka seringkali menepisnya. Wanita Belanda terlalu emansipasi ujarnya.

Ada buku lain yang juga membahas tentang pria Belanda yang ditulis oleh Meghan dan Erin yang orang Amerika, judulnya 'How to Find a Man in Europe and Leave Him There'. Menurut mereka pria Belanda itu membosankan, tidak romantis, tidak tau passion dan tidak tau bagaimana memberi kado walau mereka itu berpendidikan tinggi, open-minded dan baik. Jadi lebih baik dijadikan sahabat daripada pacar.

Sekarang pilihannya ditangan anda, mau pacaran atau mau berteman dengan pria Belanda?

Monday, August 15, 2005

XTC lokal vs import

xtc

Beberapa tahun yang lalu, ada kenalan yang bercerita tentang pengalamannya ketika liburan di Indonesia. Pada masa itu sedang trendnya memakai xtc, yang katanya salah satu sumbernya adalah Belanda.

Ketika kenalan saya ini, sebutlah si A, pulang kampung ke Menado, saudaranya bertanya apa dia membawa xtc. Biar bertahun-tahun tinggal di 'kandang'nya Xtc, tapi A ngga pernah memakainya, apalagi membawanya ke Indonesia. Tapi rupanya saudaranya tidak percaya.

Suatu hari mereka pergi ke disko bersama. Di sana saudaranya langsung sibuk godek² karena pengaruh xtc lokal. Setelah beberapa lama, A -sambil seperti biasa membawa botol aquanya- pergi ke toilet. Rupanya, botol aqua merupakan 'tanda' pemakai xtc. Maka tak lama kemudian ia didekati dealer xtc. Dasar A iseng, dibelinyalah beberapa butir xtc sebelum kembali ke lantai disko. Kemudian, pil² itu diberikan ke saudaranya yang menerimanya dengan antusias.

Tak lama setelah 'menikmati' pil dari A, saudaranya komentar,"Memang beda ya xtc dari Belanda dengan yang lokal".


ps: Kenapa ya kalau di Indonesia efeknya orang jadi godek²? Sementara disini bisa macam², ada yg nyanyi, ada yg goyang abis. Apa tergantung persepsi yang memakai ya??
pps: sekarang sudah beredar xtc liquid yang sudah memakan korban paling tidak 1 orang mati di Ibiza.

Sunday, August 14, 2005

Narkoba di Belanda

kanabis


Belanda cukup terkenal dengan drug policy-nya yang lumayan relaks dibanding negara lain. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa bila suatu masalah tidak dapat dihentikan, maka sebaiknya masalah itu dikontrol karena sudah jelas tidak mungkin menghentikannya. Selain itu di negara yang menjunjung tinggi kebebasan individu ini, penggunaan narkoba dianggap sebagai pilihan pribadi selama tidak merugikan orang lain. Jadi sah² saja bila ingin merusak diri sendiri, tapi tetap harus bertanggung jawab atas konsekuensi tindakannya.

Dalam peraturan narkoba yang berlaku sejak tahun 1976 ini, pemakaian narkoba dianggap sebagai masalah kesehatan - bukan kriminal, dan dilakukan pemisahan antara hard drugs (heroin, kokain, XTC, LSD) dan soft drugs (hashish dan mariyuana) yang didasari oleh perbedaan tingkat ketagihannya (psikologis vs. fisik). Pemisahan ini dilakukan untuk mencegah mereka yang ingin mengkonsumsi soft drugs untuk terlibat hard drugs yang ilegal, sehingga kriminalitas diharapkan menurun.

Bila hard drugs itu ilegal, maka softdrugs ditolerir atau berlaku yang namanya gedoogbeleid. Jadi, pemilikan 30gr soft drugs untuk konsumsi pribadi bukanlah tindak kriminal di negara ini, begitu juga pemilikan 5 pohon kanabis per orang. Tapi penjualan wholesale, eksport-import serta produksi soft drugs tetap merupakan hal yang melanggar hukum.

Untuk mendapatkan ganja amatlah mudah, cukup pergi ke coffeeshop yang bertebaran dimana-mana. Coffeshop ini bukan cafe biasa, tapi tempat dimana orang dapat menjual softdrugs secara legal. Darimana mereka memperoleh dagangannya itu urusan lain lagi. Selama soft drugs dikonsumsi disana dan tidak mengganggu orang, biasanya tidak ada masalah. Tapi bila akibat konsumsi itu kita melakukan pelanggaran hukum, sama seperti bila orang menabrak karena pengaruh alkohol, tentu saja dikenai ganjarannya.

Coffeeshop sendiri harus mengikuti aturan bila masih mau beroperasi. Mereka tidak boleh mengiklankan barang yang dijual, tidak menjual hard drugs, tidak menimbulkan keonaran, tidak menjual ke anak dibawah 18 tahun, serta tidak menjual dalam jumlah yang besar.

Selain coffeshop, ada juga tempat distribusi narkoba, dimana baik hard drugs maupun soft drugs dijual yang dibawah pengawasan polisi setempat seperti di Gereja Pauluskerk di Rotterdam yang menampung pecandu narkoba dimalam hari.

Peraturan Narkoba Belanda yang lain daripada yang lain ini sering kali dijadikan kambing hitam bila berhubungan dengan drug tourism, terutama oleh pemerintah Prancis, Belgia serta Jerman. Fenomena ini biasanya terjadi diakhir minggu, dimana turis dari negara² di sekitar Belanda berkunjung ke Belanda untuk membeli Narkoba. Seringkali mereka mencuri kendaraan di negara asal untuk pergi ke Belanda. Sesampainya di tujuan pun biasanya mereka juga membuat onar.

Sebetulnya, kalau mau jujur, efek peraturan ini tidak membuat semua orang Belanda jadi mengkonsumsi narkoba. Baik jumlah kejahatan yang berkaitan dengan narkoba (pencurian, pembunuhan), maupun jumlah pecandu narkoba jauh lebih sedikit di Belanda dibandingkan di negara yang melarang adanya narkoba. Jumlah penderita HIV yang berhubungan dengan pemakaian narkoba juga lebih sedikit, begitu juga jumlah kematian karena overdosis.

Saturday, August 13, 2005

Permintaan Maaf Belanda

Handshake

Setiap tahun di bulan Agustus pasti banyak media yang mengulas tentang sekitar hari Kemerdekaan Indonesia. Hari ini adalah kali ke-tiga saya membaca berita tentang 'permintaan maaf Belanda terhadap Indonesia'. Pertama kali tahun 1995 ketika Ratu Beatrix berkunjung ke Indonesia. Saat itu Ratu ingin mengajukan permintaan maaf atas politionele acties yang dilakukan Belanda antara tahun 1945 dan 1949. Tapi PM Belanda saat itu, Wim Kok, melarangnya karena takut akan ada protes dari veteran Belanda.

Kemudian saya mendengar Gus Dur ketika masih menjadi Presiden RI berujar bahwa permintaan maaf itu tidak perlu.

Berita hari ini dimuat di koran De Telegraaf, isinya pernyataan Mentri Luar Negeri Hassan Wirajuda bahwa pemerintah Indonesia tidak pernah meminta permintaan maaf. Menurutnya hal ini bukanlah subjek yang penting di Indonesia. Katanya tidak banyak orang Indonesia yang mempermasalahkan masalah ini.

Saya sendiri tidak merasa perlu, tapi karena praktis seringkali saya mendengar ucapan orang bahwa Belanda tidak pernah meminta maaf, saya jadi berpikir mungkin tidak ada salahnya mereka minta maaf. Biarpun kita tidak pernah meminta, apa salahnya sih menerima permintaan maaf orang? Mungkin dengan itu bangsa Indonesia jadi lebih percaya diri, tidak seperti sekarang yang menurut saya seringkali masih seperti bangsa yang terjajah, entah oleh siapa.

ps: Tahun ini untuk pertama kalinya ada wakil pemerintah Belanda hadir dalam perayaan 17 Agustus di Indonesia. Mentri Luar Negeri Ben Bot sendiri 60 tahun yang lalu berada di Jakarta, di kamp Internering (wanita dan anak²) Cideng.

Thursday, August 04, 2005

Hijau telur bebek

Telur asin

+ Tadi masih ngecat?
- Nope, udah kelar dari kemarin dan aku suka warnanya yang aku campur sendiri
+ Jadi warnanya apa? Biru?
- Hmm, kayak ice cream mint
+ Ijo?
- Ngga juga sih, rada biru
+ Merah? *sambil ketawa jail*
- Kog merah sih?? Itu lho.. kayak telur bebek
+ Hahahahahaha, this is the first time we have cultural differences, aku ngga tau warna telur bebek itu kayak apa
- Ya kan kamu suka ngeliatin bebek, masa ngga pernah liat telurnya?
+ uh uh, ngga pernah ada bebek bertelur di depan ku
- Ya udah, nanti kalau liat dindingku kamu tau warna telur bebek :)

update: setelah diliat menurutnya itu warna namanya 'duck blue', serah deh mau dikasih judul apa