Thursday, September 29, 2005

Apa kata mama, Jangan loncat² di atas tempat tidur!

Loncat ah..
Suatu malam, ketika saya masih kelas 5 SD, saya bersama dua teman asyik meloncat² di atas tempat tidur kamar ayah saya. Soalnya itu spring bed. Asyik buat loncat², abis tidak punya trampolin sih.
Tiba² terdengar bunyi, 'Kraak'. Kami berhenti. Tak terdengar apa². Lanjut lagi. 'Kraak', kali ini lebih keras. Kembali kami berhenti. Tapi sunyi. Setelah menimbang², dan mencari sumber bunyi yang tidak ketemu, kami loncat² lagi. Sampai....

'KRAAK, BUUMMM!'

Anjlok lah tempat tidur itu. Kayu dibawah tempat tidur bagian tengah patah, tak tahan menahan bobot kami bertiga.

Rupanya, kami masih beruntung, hanya kayu itu saja yang patah.

Kemarin ada berita tentang seorang anak yang kurang beruntung saat loncat² diatas tempat tidur. Kakinya tertusuk kawat matras dan harus dioperasi untuk dapat melepaskannya. Uh!

Ternyata, enaknya loncat² baik di trampolin maupun di atas kasur kadang kala harus dibayar mahal. Tulang yang dislokasi, luka yang menganga, patah tulang, bahkan kematian.

Jadi benar kata orang tua: jangan loncat² di atas tempat tidur.

Tuesday, September 27, 2005

My New Words for this week

In Bulgarian, you call your big sister Kakak, just like you call your older sibling (m/f) in Indonesian. While kaka means shit in Russian.

But the best word I've learn this week is: bakku-shan, Japanese for girl who looks good from behind but not from the front.

Saturday, September 24, 2005

Socks Heaven

P1010243

Just finished doing my laundry, and I've noticed that I lost one of my socks, again.

Have you ever wonder where are those missing socks go to?
Why was it always the one that you like the most that is gone?
Why would you only loose one of the pair?
Is it some kind of conspiracy between socks producent & washing machine producent to make us buy more of their product?

maybe, just maybe, we need to buy socks not in pairs, but in threes. So when you lost one of them, you can still enjoy them.

Thursday, September 22, 2005

Antara pribumi dan non-pribumi

Benetton ads
Setelah hurricane Katrina, media massa Amerika marak berisi issue rasial. Hitam vs Putih. Ternyata rasialisme masih hidup di Amerika. Sama seperti rasialisme masih hidup di Indonesia, dan juga di Belanda yang katanya toleran.

saya rasa kita semua tau bagaimana situasinya di Indonesia, yang masih ada istilah pribumi dan non-pribumi. Sejak dulu saya tidak bisa mengerti istilah ini. Mengapa mereka yang keturunan etnis Cina disebut non-pri, sementara mereka yang keturunan Arab, India, bule, tidak disebut non-pri. Ada yang bilang karena faktor sejarah jaman kolonial dulu, saat penghuni tanah Hindia Belanda dibagi menjadi tiga golongan: bule², orang asing non-bule (termasuk didalamnya Cina, Arab dan India), serta pribumi alias inlander (yang berarti penduduk asli pulau). Kalau alasannya karena penggolongan ini, mengapa hanya keturunan Cina saja yang digolongkan sebagai non-pri?

Sama seperti di Indonesia, di Belanda ada istilah diskriminasi juga yaitu autochtoon, yang berarti penghuni asli suatu negara, dan allochtoon yang artinya pendatang. Pembagian ini dipakai terutama sejak datangnya gastarbeid, pekerja tamu (asing), dari Maroko, Turki sekitar tahun 60-an. Jadi berbeda dengan di Amerika, dimana imigran yang menjadi warganegara Amerika boleh dibilang langsung diterima. Hal ini bisa jadi karena Amerika merupakan negeri imigran, maka orang asing tidak kesulitan untuk diterima. Imigran di Belanda selalu menjadi orang asing. Persis seperti keturunan etnis Cina di Indonesia yang telah hidup turun temurun di tanah air entah berapa puluh, bahkan mungkin ratus tahun lamanya.

Siapa saja yang termasuk allochtoon dijelaskan dalam Undang² peningkatan lapangan kerja bagi pendatang (Wet bevordering evenredige arbeidsdeelname allochtonen). Disebutkan disana bahwa mereka yang lahir di Turki, Maroko, Surinam, Nederlandse Antillen, Aruba, bekas Jugoslavia, atau negara lain di Amerika Tengah dan Selatan, Afrika atau Asia dengan perkecualian Jepang dan bekas Hindia Belanda beserta anak²nya adalah allochtoon. Perhatikan, undang² itu membuat definisinya berdasar tanah kelahiran, bukan berdasarkan ras. Jadi Belanda yang lahir di Cina misalnya, bisa termasuk allochtoon. (Loop-hole ini kemudian dieksploitasi oleh perusahaan Belanda untuk memenuhi kuota pegawai allochtoon)

Dus, orang Indonesia tidak termasuk Allochtoon, sementara orang dari bekas Jugoslavia yang putih² itu justru allochtoon! Mengapa? Karena kita keturunan orang yang lahir di Hindia Belanda. Apakan artinya kita termasuk autochtoon? Saya rasa tidak juga, sampai kini saya masih belum menemukan orang Indonesia digolongkan sebagai apa menurut hukum.

Tapi biar secara hukum kita tidak termasuk allochtoon, tapi berhubung secara fisik beda, diskriminasi maupun perlakuan rasial bisa kita terima juga. Terlebih belakangan ini rasialisme semakin terasa, terutama sejak dibunuhnya Theo van Gogh oleh seorang allochtoon berpaspor Belanda yang kebetulan muslim.

Akhir² ini mulai timbul gerakan untuk meninggalkan penggunaan istilah rasial ini di Belanda, terutama di Amsterdam Timur. Karena bagaimanapun juga penggunaan istilah ini bertentangan dengan peraturan anti diskriminasi Uni Eropa. Hanya saja masih ada sisi negatifnya, banyak dana subsidi yang khusus diperuntukkan bagi (instansi/organisasi) allochtoon yang jadi tidak bisa diterima bila kita tidak mengkatagorikan diri sebagai (instansi/organisasi) allochtoon.

Kita lihat saja, sampai kapan istilah ini dipertahankan di Belanda, dan sampai kapan iklim rasial yang sekarang ada akan berkurang.

Tuesday, September 20, 2005

Taxi

London taxi
Selama saya tinggal disini, sepanjang ingatan saya, tidak pernah ada cerita penumpang taxi yang dijarah atau di rampok supir taxi (beserta temannya). Mungkin karena semua supir taxi disini terdaftar legal, sehingga bila melakukan pelanggaran akan lebih mudah dicari. Yang sering terdengar justru tindak kriminal terhadap supir taxi. Mereka dirampok, dibunuh. Sampai² taxi disini dilengkapi camera yang selalu memonitor siapa yang naik dan turun kendaraan tersebut. Bahkan katanya ada kursi penumpang yang bisa mengeluarkan kejutan listrik, persis model stun gun.

Tapi rupanya masalah penumpang taxi di tanah air juga dirasakan di London. Cukup banyak wanita yang diperkosa, dirampok, diperlakukan tidak senonoh oleh taxi yang tidak legal terutama di malam hari. Untungnya sejak hari ini ada jalan keluarnya. Dengan mengirim sms 'home' ke nomer 60835 maka salah satu dari 3 perusahaan taxi yang beroperasi legal akan mengirimkan anak buahnya menjemput anda.

Ide ini menarik, dan mungkin bisa di contoh di tanah air. Ada yang berminat?

Friday, September 09, 2005

Bau Alami

pemandangan dari kereta
Kalau jalan2 di Belanda saat cuaca panas, jangan heran bila ada bau²an 'alam'. Habis bagaimana ya, negeri ini penuh sapi dan domba yang tentunya pembuangannya perlu tersalurkan. Biasanya dijadikan pupuk alami, tapi konsekuensinya ya itu tadi, bau semerbak yang semakin semerbak bila terkena panas matahari.

Pertama kali saya mengalaminya, saya sedang di kereta, saya pikir pada jorok amat ya, kentut semena-mena, mana bau banget. Ternyata, baunya dari luar, dari padang rumput di kiri kanan rel yang banyak dihuni sapi dan domba.

Ternyata pengalaman saya masih mendingan dibanding tante saya. Ketika sudah tunangan, tante berkunjung ke negara yang bakal jadi rumahnya ini di musim panas. Saat sedang jalan² bersama kekasih, tiba² koq ada bau²an ya? Dalam hati tante kesal juga, lagi pacaran koq dikentuti. Tapi mau protes masih ngga enak. Selidik punya selidik, ternyata itu bau dari luar.

Ketika anak semata wayangnya lahir, setiap kali dalam perjalanan ada bau²an, tante mengecek pampersnya, siapa tau harus diganti. Lagi² bau dari luar.

Jadi, kalau sampai di Belanda dan mencium bau²an alami, jangan buru² menyalahkan teman seperjalanan, siapa tau biang keroknya dari luar.