Saturday, December 31, 2005

Weird Conversation #3

INT. NEW RET TRAM
It's a typical Dutch winter evening: cold, dark, windy. Inside of a new tram is a bit crowded at the back end. After a while they get two chairs facing to the back of the tram and the girl starts reading her book, the guy is watching reflections on the tram door.

GUY
What are you reading? Potter?

Still reading the book, the girl smiles and points out the title at the top of the page 214: The Unbearable Lightness of Being. The guy continues observing the reflections. As soon as she finishes the chapter she was reading, she closes the book and put it inside her bag.

GUY
You know a lot about health, right?
GIRL
Uh huh.

She nods

GUY
You see that dog's reflection on the door

The girl glances to the door

GUY
Do you know why people cut their dog's tail?

The girl thinks of an answer

GIRL
Well, I'm not so sure. But some people cut their dogs' tails and
earlobes to beautify their dogs. That's why animal rights people protested about it.

GUY
Yeah, I guess you are right. But how come people didn't protect the Jew?


The girl thinks of the holocaust and wishing that she doesn’t have to start discussion about it at that moment. Curious.

GIRL
What do you mean?
GUY
Well, they circumcised the Jew

The girl starts to laugh. The tram stops and they go out of the tram.

Sunday, December 18, 2005

I don’t want just to be happy any more

A couple of months ago, when U asked me what I want I replied: I want to be happy. I didn't know what his expectation of my reply was, but at that time that was the truth. I wanted, more than anything in the world, to be happy.

I guess it is only normal for a man wanting to be happy. In fact I asked or was asked the question: 'Are you happy?' numerous times in my life. When the answer was 'yes' then we are somehow relieved upon hearing it. Yes, happiness is a wonderful thing. Most of you love seeing happy people (especially those closed to you), and love to be happy yourself. I said 'most of you' because some people are just too jealous and they can't stand it when others are happy.

Lately I've been thinking about how some happy people are actually selfish, abusive, manipulative, and greedy and G_d knows what else. You would have thought that happiness and those moralities would not go hand in hand. But sadly it does. There are a lot of happy manipulating bitches and SOB out there in this world. So I wonder, is happiness that I really want? Would I do anything, good or bad, to be happy?

The thing is, it is not easy to be happy while doing the right thing. In fact doing the right things can lead you into sadness, feeling of loss and not to forget: sacrifices. Refusing to cheat during an exam with the consequence of failing is hard, but that's the right thing to do. Being loyal and trustworthy is not always easy, but that's the right thing to do, even ennobling. Taking care of your ailing family needs a lot of sacrifices, but that’s the right thing to do.

At this moment of time, I want to do the right things, regardless the outcomes. I don’t want to be happy just for the sake of happiness. I want to be happy because I did the right things.

The means justify the end, but the end doesn’t always justify the means.

Thursday, December 15, 2005

Sindrom itu bernama Kallman

Pernah dengar tentang Kallman sindrom? Saya juga baru dengar semalam. Sindrom ini menyebabkan penderitanya kekurangan hormon untuk mencapai puber. Jadi badan mereka selamanya badan anak² dan tidak mengalami masalah berjerawat, masalah hormon, juga masalah naik turun emosi yang dialami remaja. Menurut statistik, satu dari 8000 pria dan satu dari 40000 perempuan menderita sindrom ini.

Semalam, di BBC ada tayang ulang dokumentasi perjalanan seorang Lawrence Koomson, 33tahun, dokter asal Ghana yang kini tinggal di Inggris. Biar badannya bongsor (tingginya sekitar 192cm!) tapi bentuk mukanya masih anak², kulitnya halus, suaranya tidak pecah, pembawaannya tenang. Selama ini ia sempat dekat dengan teman lawan jenis tapi tidak pernah terjadi apa². Bukan apa², Lawrence seperti halnya anak², boleh dibilang tidak punya ketertarikan secara seksual selain tidak pernah ereksi karena terangsang.

Karena umurnya yang boleh dibilang sudah telat (biasa di Barat terapi hormon dilakukan saat remaja), maka dokternya di Royal Free Hospital London mempersingkat proses terapi pubernya dari yang biasanya 4 tahun menjadi 1 tahun! Sebelum di terapi kadar testosteron Lawrence hanya 0.5, sementara pria normal kadarnya 4-27. Setelah di terapi testosteron selama 6 bulan, kadar hormonnya menjadi 37, jauh di atas rata!

Menarik juga melihat perkembangannya, kepribadiannya berubah menjadi seperti layaknya puber!!! Setelah hari ketiga sejak pemberian hormon, ia mulai bisa ereksi. Kemudian timbul masalah karena ia tidak biasa, dan sekarang gampang sekali terangsang, maka dokternya memberi pesan, bilang lebih dari 4 jam terus menerus maka Lawrence harus ke UGD karena takutnya ada pembekuan darah. Ia juga mulai tertarik terhadap lawan jenis dan mulai lebih agresif. Selain itu badannya mulai lebih berotot dan mulai berbulu.

Selama ini tidak kebayang sedemikian besar efeknya perubahan hormon dalam badan kita, tidak hanya bentuk tubuh berubah, tapi juga kepribadian.

Tuesday, December 13, 2005

Bajaj...

Hari Sabtu lalu ketika saya sedang sibuk membuat kue pisang dan walnut, tiba tiba dari kamar terdengar bunyi telefon.

Kringgg!! Kringgg!!!

+ Halo?
- Halo, ini Bajaj!!!
+ Ah, gilaaaa.. pa kabar, Jaj?
dan dimulailah percakapan ngalor-ngidul Korea-Belanda selama sejam (sembari diselingi telefon teman² saya di Belanda).

Duh, lama juga ngga dengar suara anak ini. Anak? Anak yg sudah punya anak tepatnya. Terakhir kami chatting tuh jaman dia masih di Georgia, USA. Terakhir kami ketemu tuh di Den Haag, pas dia menemani ibunya jualan di Tong-tong. Terakhir kami ketemu tiap hari tuh jaman SMA, ketika sekelas dari kelas 1-3.

Jelas nama asli dia bukan Bajaj. Kalau ngga salah ingat, julukan itu dia dapat ketika kelas 2, karena ada insiden dengan tukang bajaj (yang saya lupa persisnya bagaimana, bisa jadi ada urusan colek mencolek antara dia dan tukang bajaj). Tapi kayaknya julukan itu yg lebih top dari nama pemberian orang tuanya.

Saking topnya julukan itu, setelah kami berpisah benua, sempat ada kejadian konyol ketika ia di Belanda.

Begitu sampai di pondokannya di Den Haag, saya memperoleh telefon dari Bajaj, dan kami janjian untuk ketemu di pondokannya. Tapi entah bagaimana, sesampainya saya di sana, si Bajaj tidak ada. Ini jaman masih belum ada telefon genggam, jadi kebayanglah bagaimana repotnya mencari seorang Bajaj di penjuru Den Haag. Setelah menunggu beberapa lama dan masih tidak muncul juga batang hidungnya, teman saya yg menemani menyuruh saya menitip pesan, tapi apa daya nama yang saya ingat saat itu hanya 'BAJAJ'!! Sumpah, ngga tau bagaimana koq bisa nama aslinya lupa total. Kan tidak mungkin saya meninggalkan pesan: 'untuk Bajaj' di pondokan Bule itu.

Kebingungan, saya telefon teman SMA yang lain dari telefon umum:
+ Ar, inget ngga sama Bajaj? Dia lagi di sini nih
- Oh, inget dong, dimana dia?
+ Nah, itu dia masalahnya, gue janjian sama dia, tapi dia lagi pergi dan gue ngga bisa ninggalin pesen karena lupa nama aslinya. Inget ngga loe nama aslinya sapa?
- Hahahahaha, iya ya.. nama asli tu anak sapa ya?? Koq gue jadi ikutan lupa

mulailah kami tebak2an nama..
+ Hmm kan loe ada buku tahunan kan? cariin dong disitu namanya, gue di jalan nih.
- O iya. bentar gue cari
- Nih, namanya: Diah
+ Ya ampun, iya namanya Diah!! thanks ya


Akhirnya saya bisa meninggalkan pesan untuk bertemu esok harinya di pasar Tongtong.

Rupanya, keesokan harinya urusan nama masih jadi masalah:(

Sesampai di Pasar Malam Tongtong, yang masuknya lumayan mahal itu, saya mencoba memanggil si Bajaj via tempat informasi. Menurut mereka tidak ada yg bernama DIAH, apa lagi BAJAJ! Nah lho!
Bingung kan, bagaimana mencarinya? Mau beli tiket masuk juga males kalau yg dicari taunya sedang ngga ada, rugi. Untung saya ingat ibunya ikutan grup apa, jadi dicarilah orang dari grup itu. Ternyata, disana si Bajaj dikenal sebagai 'mbak DIO', nama panggilan dari ibunya. Setelah ketauan harus memanggil dengan identitas apa, muncullah si Dio alias Diah a.k.a Bajaj sambil cengar cengir...