Kalau masuk ke toko buku, terutama di Amerika, kayaknya lemari bagian selfhelp itu banyak banget deh isinya. Dari buku "How to's", seri "Rich dad poor dad", "X habits of something", "X Intellegence" gitu sampai model 'Girl guide for X'. You name it, they published it. Kayaknya imbasnya juga sampai ke tanah air. Sering saya lihat di milis2 orang menyitat atau menyebutkan buku2 selfhelp ini. Ya mungkin ngga ada salahnya dibaca, sebagai masukan. Namanya juga usaha memperluas cakrawala. Toch?
Tapi tampaknya, banyak yang termakan janji indah selfhelp. Sampai di Kompas terbitan hari Minggu ada
surat yang bertanya, mengapa setelah membaca banyak buku selfhelp ia masih tidak sukses juga. Padahal, kata si penanya, kalau membaca buku seperti itu, dan menghayatinya seharusnya akan terjadi perubahan dalam diri si pembaca. Tapi kenapa ia masih tidak sukses?
Terus terang saya jarang membaca buku selfhelp, apalagi bacaan saya akhir2 ini cenderung non fiksi yang isinya lebih kearah science. Itu pun kalau membacanya kadang sambil ngomel, kalau menurut saya ngga logis:) Pernah saya membaca sedikit bagian dari seri "Rich dad poor dad" milik teman saya (ketika saya sedang ke rumahnya), yang menurut saya lumayan lah kalau tidak punya latar belakang ekonomi. Buku itu seperti introduksi ekonomi dengan bahasa rakyat. Tapi apa saya terus tertarik membelinya? TIDAK. Apa lagi untuk membeli boardgame-nya yang seharga $150 itu. Dalam pikiran saya, justru kalau sudah membaca buku itu harusnya malah tidak membuang uang sebesar itu hanya untuk sebuah boardgame!
Menurut saya, selfhelp itu sukses koq.. buktinya yang nulis jadi kaya:) Entahlah seberapa banyak yang membaca buku mereka menjadi lebih baik/sukses/bahagia atau tidak. Adakah di antara kalian yang sukses mengikuti buku selfhelp?