Akankah pemerintah belajar?
Knowledge is power
Delapan belas bulan yang lalu Indonesia mengalami musibah tsunami yang amat besar. Ratusan ribu orang tewas, infrastuktur hancur. Ketika itu salah satu masalahnya adalah orang tidak tau apa dan bagaimana tsunami terjadi. Setelah gempa terjadi, ketika laut tampak surut justru banyak orang yang berjalan ke pantai. Dan tersapulah mereka oleh ombak yang datang bergulung.
Setelah itu pemerintah bersama negara² asing berupaya memasang pelampung (buoy) untuk mendeteksi terjadinya tsunami di Samudra Indonesia. Biayanya amat besar dan butuh waktu lama untuk semua alat terpasang, serta infrastruktur penyaluran informasi tertata rapih.
Delapan belas bulan yang lalu, saya menulis tentang tidak adanya pelatihan bagi rakyat di Indonesia tentang bahaya gempa bumi dan tsunami. Pelatihan seperti ini harusnya tidak memakan biaya sebanyak memasang sirene di sepanjang pantai di seluruh Indonesia. Tidak juga memakan biaya dan waktu yang lama seperti memasang buoy disepanjang perairan Indonesia. Tapi entah mengapa saya tidak mendengar opsi ini dilakukan di sana. Padahal hampir tiap minggu terjadi gempa yang cukup besar di salah satu bagian negeri ini.
Kejadian Tsunami di Pantai Selatan Jawa tanggal 19 lalu adalah bukti ketidak siapan pemerintah dan rakyat menghadapi bahaya alam ini. Berita bahwa ada kemungkinan terjadi tsunami yang diterima pemerintah 20 menit sebelum kejadian tidak diteruskan sampai ke rakyat. Bahkan ada kabar, ada pejabat yang memilih tidak memberitakan kemungkinan tsunami itu dengan alasan seandainya tidak terjadi maka beliau akan malu. Apa beliau tidak merasa malu dan berdosa sekarang?
Rakyat setempat yang setelah gempa pun kabarnya mempunyai ide bahwa baru akan terjadi tsunami dalam beberapa hari. Sehingga mereka kebanyakan tidak berusaha mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
Minggu² ini, adalah awal anak kembali ke sekolah. Biasanya pelajaran belum berjalan penuh. Apa tidak bisa disisihkan barang 5 menit untuk mengajarkan apa yang harus dilakukan bila terjadi gempa? Hanya 5 menit, dan boleh dibilang tanpa biaya. Siapa tau 5 menit itu bisa menolong jiwa mereka dan orang di sekitarnya, seperti cerita Tilly bocah 10 tahun yang pernah menerima pelajaran tentang bagaimana terjadinya tsunami di sekolah dan dapat menyelamatkan banyak orang di Thailand saat terjadi tsunami tahun 2004.
Kapan ya pemerintah belajar dari sejarah? Katanya tidak ada rotan akarpun jadi.
No comments:
Post a Comment