Gempa & Tsunami
Persis setahun setelah gempa mengguncang Bam, Iran dengan kekuatan 6,6 pada skala Richter, giliran Sumatra diguncang gempa berkekuatan 9.0 pada skala Richter. Gempa ini merupakan gempa ke empat terbesar dalam 100 tahun terakhir di dunia, hanya di bawah gempa tahun 1960 di Chile, tahun 1964 serta tahun 1957 di Alaska.
Menurut kabar terakhir, total korban yang sudah dipastikan tewas saat ini di negara² yang terkena musibah mencapai sekitar 60000 jiwa serta jutaan orang yang harus mengungsi. Sudah tiga hari ini isi berita tidak luput dari gempa dan tsunami ini. Biarpun negara terdera tsunami adalah negara disekitar Samudra India, tsunami kali ini juga memakan banyak korban dari negara2 Eropa yang sedang berada disana dalam rangka liburan.
Sayangnya kabar dari tanah air justru agak simpang siur. Contohnya menurut Badan Meteorologi dan Geofisika Indonesia kekuatan gempa tanggal 26 Desember lalu itu hanya sekitar 7,5 pada skala Richter, sementara menurut U.S. Geological Survey kekuatannya 9.0! Koq bisa ya? Apa perangkat yang di Amerika lebih sensitif, sampai segitu jauhnya bisa mencatat lebih tinggi?
Jumlah korban di Indonesia juga sulit diketahui, sejak 30 tahun terakhir ini Aceh boleh dibilang tertutup bagi jurnalis asing. Selain itu hubungan komunikasi dengan daerah terkena musibah juga masih sulit. Menurut BBC, korban di Indonesia ditaksir sekitar 45000 jiwa saat ini. Tentunya jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan waktu dan informasi yang masuk.
Selama mencari² berita tentang musibah ini, aku baru tahu bahwa di Samudra India hampir tidak pernah terjadi tsunami, sehingga boleh dibilang tidak ada tsunami sensor. Lain halnya dengan di Samudra Pasifik yang memiliki banyak sensor. Selain karena 90% tsunami terjadi di wilayah ini, Jepang, Amerika dan Australia, yang jauh lebih kaya dari negara² yang saat ini mengalami musibah, memiliki sensor di dasar laut untuk mencatat perubahan arus air, sehingga bila diduga akan terjadi tsunami maka rakyatnya dapat segera diberi peringatan melalui televisi dalam waktu 10 menit. Jaringan sensor ini memang membutuhkan investasi yang besar baik untuk infrastruktur maupun training manusianya dan komitmen tinggi untuk dapat melakukan monitoring 24 jam per hari dengan jaringan komunikasi yang baik antar pengguna.
Yang membuat sedih, kabarnya tahun lalu sempat dibahas untuk membuat jaringan deteksi dini (tsunami) di Samudra India, tapi kemudian dipetieskan karena biayanya yang katanya minimal $250 ribu setahun per pelampung suar (buoy) itu terlalu mahal dan amat jarang terjadi tsunami di wilayah itu. Padahal, korban manusia tak bisa dihitung dengan uang! Bayangkan, seandainya sensor itu ada, apakah sebagian dari mereka dapat tertolong? Apakah mereka dapat bergegas mencari perlindungan?
Bukan apa², letak episentrum gempa ini hanya 250 km dari Banda Aceh, sementara kecepatan tsunami bisa sampai 800km per jam. Pasti tsunami itu sampai tepi pantai Aceh, Nias, dan Sumut dalam hitungan menit. Tapi mungkin, paling tidak korbannya tidak sebanyak sekarang, apalagi mereka yang di negara lain yang kedatangan tsunami di pantainya masih dalam hitungan jam seperti Srilanka dan Somalia.
Masih tentang sensor tsunami, menurut Reuter, sebenarnya Pacific Tsunami Warning Center mendeteksi adanya gempa di lepas laut Sumatra dan adanya kemungkinan terjadi tsunami. Hanya saja, mereka kesulitan menghubungi negara² yang terkena karena tidak adanya jaringan untuk itu. Sebenarnya Indonesia dan Thailand termasuk jaringan deteksi tsunami di Samudra Pasifik yang menerima peringatan itu, hanya saja tampaknya informasi tersebut tidak sampai ke masyarakat yang membutuhkannya pada saat itu. Selain itu terbetik berita bahwa pemerintah Thailand ragu² menyebarkan berita itu karena Phuket merupakan daerah turis, mereka takut berita itu hanya menimbulkan ketakutan di kalangan turis seandainya tsunami itu tidak sampai ke Thailand.
Tapi sebenarnya untuk mengurangi korban jiwa, tidak perlu investasi yang besar untuk melatih warga menghadapi bahaya gempa. Rasanya, selama saya berada di Indonesia tidak pernah ada latihan menghadapi gempa, atau kebakaran. Latihan ini adalah sesuatu yang sebetulnya amat penting mengingat Indonesia berada di atas 'ring of fire' jaringan vulkan dan dekat sekali dengan beberapa pertemuan lempengan bumi yang tentunya menyebabkan rawan gempa.
Padahal, misalnya, bila masyarakat pesisir dilatih rutin sejak kecil untuk pergi ke pedalaman bila terjadi gempa, tentu mereka lebih sigap dan tidak terlalu panik bila terjadi hal seperti hari Minggu lalu. Karena menurut Waverly Person dari U.S. Geological Survey's National Earthquake Information Center biasanya dibutuhkan waktu sekitar 20 menit sampai 1 jam untuk sampai terjadi tsunami, bukan tidak mungkin dalam rentang waktu yang sama (sebagian) masyarakat dapat menyelamatkan diri dengan masuk ke pedalaman yang lebih aman.
Ah, rasanya sulit tidak berpikir 'andaikan...', 'bila saja...', 'mungkinkah...'; segala kemungkinan yang secara retrospektif terpikirkan. Sekarang yang harus dipikirkan bagaimana membantu mereka yang masih hidup di tempat musibah. Kabarnya mereka amat kekurangan makanan dan minuman serta obat²an. Baik tanah maupun air telah terkontaminasi, sehingga mungkin alat atau obat purifikasi air juga diperlukan untuk mengurangi bahaya epidemi.
Berikut daftar tempat menyalurkan bantuan di tanah air:
POSKO Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Pelayanan Pengungsi (BAKORNAS PBP)
Jl. Ir. H. Juanda No. 36
Jakarta Pusat
Telepon 3458400 ext. 218/219
Fax/tel 345 8500
POSKO Satuan Koordinasi dan Pelaksanaan PBP Propinsi Sumatra Utara
Tel. 061-77814162
Fax 061 788 1444
POSKO SATKORLAK PBP Propinsi Nangroe Aceh Darussalam
Tel. 0868 12128649, 0868 121 286 45 (telepon satelit)
WALHI Sumatra Utara
Jl. Air Bersih No 79 Medan Sumatra Utara
Kontak : Herwin Nasution; 0811657517,
Tlp kantor : (061) 7869061/77804071
Fax : (061) 7869061
No.Rek. 006.0015.9697.001, Bank BNI Cabang Jl. Pemuda Medan
An. Wahana Lingkungan Hidup Sumatera Utara
Eksekutif Nasional WALHI
Jl. Tegal Parang Utara No 14
Mampang Prapatan Jakarta Selatan
79193363, 08159448017, 08154036028
No. Rek. 039.01.01825.009, Bank Niaga Cab. Jakarta Design Centre
An. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (KESLING)
Kontras
Jl. Borubudur No 14 Menteng Jakarta pusat
Kontak 0811812149, 08129437339
No. Rek 2-072-267-196, Bank BII Cabang Proklamasi
An. Kontras
Aceh kita
Jl. Bojonegoro No 16 Menteng Jakarta Pusat
081511222551, 0818944726
No. Rek. 0206-01-017649-50-8, Bank BRI KCK Sudirman Jakarta
An.Teuku Zulkarnaen dan Ahmad Mauladi
Aceh Working Group (AWG)
Jl. Diponegoro No.9 Menteng Jakarta Pusat
0811177982
Posko Mencari Informasi Keluarga:
Media Center Puspen TNI
021 - 84595575 dan 84595576
Posko Bantuan Angkut Sosial
Mabes TNI
Lanud Halim Perdanakusuma
021 - 8019035
Media Center Satgas Info TNI - Lhok Seumawe
0645 - 630935 dan 630525
No comments:
Post a Comment