Saturday, December 31, 2005

Weird Conversation #3

INT. NEW RET TRAM
It's a typical Dutch winter evening: cold, dark, windy. Inside of a new tram is a bit crowded at the back end. After a while they get two chairs facing to the back of the tram and the girl starts reading her book, the guy is watching reflections on the tram door.

GUY
What are you reading? Potter?

Still reading the book, the girl smiles and points out the title at the top of the page 214: The Unbearable Lightness of Being. The guy continues observing the reflections. As soon as she finishes the chapter she was reading, she closes the book and put it inside her bag.

GUY
You know a lot about health, right?
GIRL
Uh huh.

She nods

GUY
You see that dog's reflection on the door

The girl glances to the door

GUY
Do you know why people cut their dog's tail?

The girl thinks of an answer

GIRL
Well, I'm not so sure. But some people cut their dogs' tails and
earlobes to beautify their dogs. That's why animal rights people protested about it.

GUY
Yeah, I guess you are right. But how come people didn't protect the Jew?


The girl thinks of the holocaust and wishing that she doesn’t have to start discussion about it at that moment. Curious.

GIRL
What do you mean?
GUY
Well, they circumcised the Jew

The girl starts to laugh. The tram stops and they go out of the tram.

Sunday, December 18, 2005

I don’t want just to be happy any more

A couple of months ago, when U asked me what I want I replied: I want to be happy. I didn't know what his expectation of my reply was, but at that time that was the truth. I wanted, more than anything in the world, to be happy.

I guess it is only normal for a man wanting to be happy. In fact I asked or was asked the question: 'Are you happy?' numerous times in my life. When the answer was 'yes' then we are somehow relieved upon hearing it. Yes, happiness is a wonderful thing. Most of you love seeing happy people (especially those closed to you), and love to be happy yourself. I said 'most of you' because some people are just too jealous and they can't stand it when others are happy.

Lately I've been thinking about how some happy people are actually selfish, abusive, manipulative, and greedy and G_d knows what else. You would have thought that happiness and those moralities would not go hand in hand. But sadly it does. There are a lot of happy manipulating bitches and SOB out there in this world. So I wonder, is happiness that I really want? Would I do anything, good or bad, to be happy?

The thing is, it is not easy to be happy while doing the right thing. In fact doing the right things can lead you into sadness, feeling of loss and not to forget: sacrifices. Refusing to cheat during an exam with the consequence of failing is hard, but that's the right thing to do. Being loyal and trustworthy is not always easy, but that's the right thing to do, even ennobling. Taking care of your ailing family needs a lot of sacrifices, but that’s the right thing to do.

At this moment of time, I want to do the right things, regardless the outcomes. I don’t want to be happy just for the sake of happiness. I want to be happy because I did the right things.

The means justify the end, but the end doesn’t always justify the means.

Thursday, December 15, 2005

Sindrom itu bernama Kallman

Pernah dengar tentang Kallman sindrom? Saya juga baru dengar semalam. Sindrom ini menyebabkan penderitanya kekurangan hormon untuk mencapai puber. Jadi badan mereka selamanya badan anak² dan tidak mengalami masalah berjerawat, masalah hormon, juga masalah naik turun emosi yang dialami remaja. Menurut statistik, satu dari 8000 pria dan satu dari 40000 perempuan menderita sindrom ini.

Semalam, di BBC ada tayang ulang dokumentasi perjalanan seorang Lawrence Koomson, 33tahun, dokter asal Ghana yang kini tinggal di Inggris. Biar badannya bongsor (tingginya sekitar 192cm!) tapi bentuk mukanya masih anak², kulitnya halus, suaranya tidak pecah, pembawaannya tenang. Selama ini ia sempat dekat dengan teman lawan jenis tapi tidak pernah terjadi apa². Bukan apa², Lawrence seperti halnya anak², boleh dibilang tidak punya ketertarikan secara seksual selain tidak pernah ereksi karena terangsang.

Karena umurnya yang boleh dibilang sudah telat (biasa di Barat terapi hormon dilakukan saat remaja), maka dokternya di Royal Free Hospital London mempersingkat proses terapi pubernya dari yang biasanya 4 tahun menjadi 1 tahun! Sebelum di terapi kadar testosteron Lawrence hanya 0.5, sementara pria normal kadarnya 4-27. Setelah di terapi testosteron selama 6 bulan, kadar hormonnya menjadi 37, jauh di atas rata!

Menarik juga melihat perkembangannya, kepribadiannya berubah menjadi seperti layaknya puber!!! Setelah hari ketiga sejak pemberian hormon, ia mulai bisa ereksi. Kemudian timbul masalah karena ia tidak biasa, dan sekarang gampang sekali terangsang, maka dokternya memberi pesan, bilang lebih dari 4 jam terus menerus maka Lawrence harus ke UGD karena takutnya ada pembekuan darah. Ia juga mulai tertarik terhadap lawan jenis dan mulai lebih agresif. Selain itu badannya mulai lebih berotot dan mulai berbulu.

Selama ini tidak kebayang sedemikian besar efeknya perubahan hormon dalam badan kita, tidak hanya bentuk tubuh berubah, tapi juga kepribadian.

Tuesday, December 13, 2005

Bajaj...

Hari Sabtu lalu ketika saya sedang sibuk membuat kue pisang dan walnut, tiba tiba dari kamar terdengar bunyi telefon.

Kringgg!! Kringgg!!!

+ Halo?
- Halo, ini Bajaj!!!
+ Ah, gilaaaa.. pa kabar, Jaj?
dan dimulailah percakapan ngalor-ngidul Korea-Belanda selama sejam (sembari diselingi telefon teman² saya di Belanda).

Duh, lama juga ngga dengar suara anak ini. Anak? Anak yg sudah punya anak tepatnya. Terakhir kami chatting tuh jaman dia masih di Georgia, USA. Terakhir kami ketemu tuh di Den Haag, pas dia menemani ibunya jualan di Tong-tong. Terakhir kami ketemu tiap hari tuh jaman SMA, ketika sekelas dari kelas 1-3.

Jelas nama asli dia bukan Bajaj. Kalau ngga salah ingat, julukan itu dia dapat ketika kelas 2, karena ada insiden dengan tukang bajaj (yang saya lupa persisnya bagaimana, bisa jadi ada urusan colek mencolek antara dia dan tukang bajaj). Tapi kayaknya julukan itu yg lebih top dari nama pemberian orang tuanya.

Saking topnya julukan itu, setelah kami berpisah benua, sempat ada kejadian konyol ketika ia di Belanda.

Begitu sampai di pondokannya di Den Haag, saya memperoleh telefon dari Bajaj, dan kami janjian untuk ketemu di pondokannya. Tapi entah bagaimana, sesampainya saya di sana, si Bajaj tidak ada. Ini jaman masih belum ada telefon genggam, jadi kebayanglah bagaimana repotnya mencari seorang Bajaj di penjuru Den Haag. Setelah menunggu beberapa lama dan masih tidak muncul juga batang hidungnya, teman saya yg menemani menyuruh saya menitip pesan, tapi apa daya nama yang saya ingat saat itu hanya 'BAJAJ'!! Sumpah, ngga tau bagaimana koq bisa nama aslinya lupa total. Kan tidak mungkin saya meninggalkan pesan: 'untuk Bajaj' di pondokan Bule itu.

Kebingungan, saya telefon teman SMA yang lain dari telefon umum:
+ Ar, inget ngga sama Bajaj? Dia lagi di sini nih
- Oh, inget dong, dimana dia?
+ Nah, itu dia masalahnya, gue janjian sama dia, tapi dia lagi pergi dan gue ngga bisa ninggalin pesen karena lupa nama aslinya. Inget ngga loe nama aslinya sapa?
- Hahahahaha, iya ya.. nama asli tu anak sapa ya?? Koq gue jadi ikutan lupa

mulailah kami tebak2an nama..
+ Hmm kan loe ada buku tahunan kan? cariin dong disitu namanya, gue di jalan nih.
- O iya. bentar gue cari
- Nih, namanya: Diah
+ Ya ampun, iya namanya Diah!! thanks ya


Akhirnya saya bisa meninggalkan pesan untuk bertemu esok harinya di pasar Tongtong.

Rupanya, keesokan harinya urusan nama masih jadi masalah:(

Sesampai di Pasar Malam Tongtong, yang masuknya lumayan mahal itu, saya mencoba memanggil si Bajaj via tempat informasi. Menurut mereka tidak ada yg bernama DIAH, apa lagi BAJAJ! Nah lho!
Bingung kan, bagaimana mencarinya? Mau beli tiket masuk juga males kalau yg dicari taunya sedang ngga ada, rugi. Untung saya ingat ibunya ikutan grup apa, jadi dicarilah orang dari grup itu. Ternyata, disana si Bajaj dikenal sebagai 'mbak DIO', nama panggilan dari ibunya. Setelah ketauan harus memanggil dengan identitas apa, muncullah si Dio alias Diah a.k.a Bajaj sambil cengar cengir...

Monday, November 28, 2005

Arti rapat diluar


Menurut survey oleh Genesys Conferencing di Inggris Raya sana, seringkali para pekerja disana berdalih rapat di luar pada hari Jumat sore demi kencan dengan pasangannya atau pergi belanja. Sementara hari Senin pagi pas untuk membolos demi mengurus anak. Lain lagi dalih rapat di hari Rabu, biasanya alasan ini dipakai untuk pergi ke wawancara kerja di tempat lain.

Entah di Belanda atau di Indonesia, apakah juga kira² trendnya sama?

Yang jelas saya jadi ingat akan seseorang yang tiap hari Rabu pergi minum² dalam rangka pendekatan, entah sengaja atau tidak, tapi kalau dipikir-pikir pendekatan kan mirip wawancara kerja juga ya:)

Thursday, November 24, 2005

Burung Gereja


Kadang kala saya tidak habis pikir bila membaca berita tentang para pecinta binatang. Contohnya apa yang terjadi di Belanda minggu lalu. Ceritanya begini, stasiun TV SBS6 menjadwalkan pada hari Jumat lalu acara Domino Day, memecahkan rekor dunia menjatuhkan domino. Nah selama berbulan-bulan puluhan sukarelawan bekerja mengatur jutaan domino. Tapi rupanya selama persiapan itu ada seekor burung gereja yang jail, yang menjatuhkan ribuan domino yang telah disusun dengan susah payah.

Setelah diusahakan dengan berbagai cara untuk mengusir si burung yang tidak juga mau berhenti jail, maka diputuskan untuk menembak burung tersebut dengan peluru karet. DOR! Dan matilah ia.

Tapi rupanya urusan dengan si burung tidak berhenti sampai disitu, banyak organisasi pecinta hewan protes, bahkan gosipnya ada yang akan balas dendam segala. Bayangin aja, cuma karena burung gereja satu kesannya seluruh Belanda jadi gonjang ganjing. Sampai² perusahaan Endomol yang punya hajat memutuskan untuk membuat sebagian porsi acara Dominoday untuk memperingati matinya si burung jail! Belum lagi ada site yang dibuat untuk mengucapkan belasungkawa atas kematian ini.

Yang bagi saya konyol dan tidak bisa dimengerti, beberapa waktu lalu di Rotterdam ada seorang anak yang dibunuh semena-mena tapi kayaknya koq Belanda adem ayem saja, orang tidak ribut beropini seperti kasus burung ini. Apa sekarang harga seorang anak manusia sudah sedemikian terdevaluasi sehingga orang lebih perduli akan seekor burung gereja jail?

Thursday, November 17, 2005

Word(s) of the week 46

Ok, I am going to tell you some Russian slang that I was told not to be use by a nice girl ;)

Pizdato (adv): (f**king) good; fantastic
khue"vo (adv): (f**king) terrible

example:
kak dela? how are you? (this part is still polite)
+pizdato (f**king) fantastic
-khue"vo (f**king)terrible

Thursday, November 10, 2005

An email I wouldn't want to receive... EVER!

I was browsing at futureme.org when I stumbled across the most disturbing email I've ever seen:


Yes, it's a suicide note. According to the dates, it was written more than a year ago, and was delivered last summer. So it's a done deal.

I kept on wondering, was it really true, I mean did that guy really mean every words he wrote? Did he manage to end his life? How would his mom react when she got his email? G_d, I wouldn't wish my arch enemy to experience such a thing! As the admin of that website had access to his email, and if (s)he happened to read it on the day it was written, what would that person do with that information? What would you do if you were the admin?

Tuesday, November 08, 2005

Banking with the government

I've noticed years ago that if you didn’t file your tax return in the same year, you get more money from the Dutch Treasury. The interest at 5% is much higher than from the commercial banks (around 3.25% at this moment).

It seems that some of Dutch firms realized this loophole, and started paying too much tax in order to get more return by 'banking with the government'.

Now, Dutch Finance Minister, Zalm, said in his weblog that this kind of practice needed to be stopped as quickly as possible. Judging by the rate of bureaucracy in Holland, I don’t think He can put a stop to it within this tax-year.

Blast from the past

Folks at futureme.org have a neat idea: sending email to the future.
You can send your future-self, or anyone you want in the future for the next 35 years!
(Forbes also has more or less the same service, but you can’t sending it to a specific date)

Most of the emails I’ve read are birthday wishes, New Year wishes or full of encouragement. I found one email from a guy confessing his feeling to a classmate to be sent in 2007! Imagine by the time that girl receive the mail, there’s a chance that he would probably feels differently about her… but I guess at least he got it off his chest. More power to him. I don’t think I would have the guts to do it.

I wish there’s a way of emailing to the past me. Because I definitely would send my past-self emails full of dos and don’ts, advice who or what I should care and not care about. But then again, maybe sending email to my futureme would remind me where I’ve been… as my memory fails.

Sunday, November 06, 2005

Back Dorm Boys!

Thanks to Shinta I saw this videoclip of Back Dorm Boys this morning, and it just made my day!

These two Chinese lip-synching students (Wei wei 189cm and Huang Yi Xin 173cm), along with their roommate (Xiao Jing) who always plays computer games (Counter strike?) in the background are majoring in sculpture at Guangzhou Arts Institute. It is said that Motorola China use one of their spoof video to promote their product!

I, for one, think they are talented, and very funny. Their performance are even better then the real Backstreet Boys:) Just look at those faces... need I say more?

Wednesday, November 02, 2005

It's in the eyes

I was at a Chinese doctor's office for hours the other day. It was my second time meeting the doctor, and in both meetings she asked me where I am coming from. When I said I am from Indonesia, she said, “You are pretty, and looked like a Chinese girl". I am not kidding, that's what she said; I apparently looked like a CHINESE! I think it's the first time I heard it from a Chinese person. Before, some people (read: European, African or Middle Eastern) think that I am from Thailand, or The Philippines, and occasionally they think I am Chinese.

Granted I have slightly slanted, almond-shaped eyes that are getting narrower each time my glasses are getting thicker, and almost straight hair. But my skin is not yellowish like (most of) Chinese. Mine is more like the color of biscuits, at least that's how I see it :) The color goes darker in the summer as I get burn rather easily and it turns lighter during winter months. I know some of you who have seen me in person would argue about it, well, you can call it whatever you want, mocha, chocolate milk, anything... for me: it's biscuits. You know, it looks sometimes like burned biscuit, and sometimes like proper Verkade biscuit you bought at your local supermarket. :D

I found her comment quite interesting, especially for as long as I can remember I was always teased by friends and family as 'Hitam' (Indonesian for black). So, being told that I am looking like Chinese is whole new experience even though my dear friend teased me that yes, I looked like Chinese, the one from countryside :)

Tuesday, November 01, 2005

Finally...

...it's already November. Phew! If only I could skipped October....

Sunday, October 30, 2005

Coincidence? I think not!

I was picking up a book someone gave me months ago, when it fell open on page 274 and I began reading a random passage:

Graag had ik mezelf altijd voorgehouden dat Lucie voor mij iets abstracts betekende...
I had always like to tell myself that Lucie was something abstract...

I was intrigued and continued reading the whole paragraph as I had an epiphany while reading it. In that poignant paragraph was as if the author, Milan Kundera, was talking about my relationship with the person who gave me the book. Isn’t it ironic? Although our situation was different but I feel the essence was exactly the same as in that single paragraph!
...een legende, een mythe, maar nu besefte ik dat in deze poƫtische termen een volstrekt onpoƫtische waarheid school: dat ik haar niet kende; dat ik haar niet kende zoals ze werkelijk was, zoals ze in wezen was.
... a legend, a myth; yet, now I knew behind the poetry of there words hid an entirely unpoetic truth: that i didnt know her, that i didnt know her as she really was, as she was in and to herself.

Ik had (in mijn jeugdige egocentrisme) bij haar alleen die facetten opgemerkt die rechtstreeks met mij te maken hadden...; ze vertegenwoordigde voor mij niet meer dan een functie van mijn eigen levenssituatie, waarmee ze buiten die concrete levenssituatie viel; alles waarin ze alleen zichzelf was, ontglipte me.
I had been able to perceive (in my youthful egocentricity) only those aspects of her being that were turned directly to me...; she had never been anything to me but a function of my own situation; everything that went beyond that concrete situation; everything that she was in herself had escaped me.


At first I thought: if only I read it earlier, it would probably spare me a lot of headaches. After all I have it for months but I didn't feel like reading it, it seems 'heavy' at the first glance, then again it was in Dutch. I've never really like reading Dutch books, especially when the original language wasn't Dutch. I'd prefer English translation any time, it's easier to digest and I read it quicker than reading Dutch.

Come to think of it, maybe I would not have recognized what it means had I read it earlier. Well I guess there is no such thing as coincidence. I need to read it now, not then. It would have been only a bunch of words back then, without any connection to myself.

After reading that 5th paragraph of the 7th part of 'de Grap' (the Joke), I started reading the book. Turns out, from what I've read so far, it was as interesting as the giver told me.

Monday, October 24, 2005

Di tangga berjalan 2


Sebetulnya kejadian ini sudah beberapa hari lalu. Ngga tau kenapa saya koq mengalami yang ajaib kalau di tangga berjalan. Saya sedang bergegas menuju ke daerah pertokoan, karena harus mampir beli Norit titipan saudara. Ketika sedang naik tangga berjalan untuk keluar stasiun metro, di depan saya berdiri dua ibu-ibu lanjut usia. Tampaknya mereka dua orang teman yang sedang menikmati jalan-jalan mumpung udara sedang lumayan.

Tangga berjalan yang kami naiki itu merupakan tangga berjalan jenis baru yang disetel dua arah. Jadi bila tidak ada yang menggunakan ia berhenti, dan bila ada yang menggunakan baru berjalan menurut arah yang diperlukan, ke atas atau ke bawah. Kadang saya tidak jadi menggunakannya kalau keduluan orang dari arah yg berbeda.

Nah kembali ke cerita saya, selain kami bertiga, masih ada beberapa orang lagi dibelakang saya yang naik disitu. Kira² setengah jalan, saya memperhatikan ada seorang ibu berkulit hitam yang berdiri nempel ke tangga berjalan. Koq orang ini aneh banget, pikir saya, ngapain coba berdiri disitu sementara rombongannya sibuk ngobrol sendiri?

Ketika dua nenek di depan saya yang masih sibuk ngobrol hampir sampai di atas, tiba² tangga berjalan itu berhenti dengan suksesnya. Hampir saja kedua nenek jatuh! Mereka keliatan kaget dan bingung melihat si ibu.

Rupanya, si hitam itu memberhentikan tangga berjalan! Gila, sabar dikit apa susahnya sih?

Saya sih diam saja ngeloyor, soalnya sekarang dia dan rombongannya yang bawa kereta bayi itu malah tidak bisa memakai tangga berjalan. Rasain! Maunya gampang malah jadi susah sendiri :)

Saturday, October 22, 2005

Word of the week 42

I tried searching the meaning of the following word in both Webster and Oxford Dictionaries but I found nothing. Then, like a true google-ist,I googled it. And there it was, with 99200 entries: Queef.

It's a slang for emission of wind from vagina. Some would call it vagina flatulence, but I think, from what I've been reading, it is more like a burp. Apperently it happens mostly during or after intercourse, but it also can happen without any sexual activities. According to one site, the cause of a queef is when fresh air getting pushed/sucked into the vagina and then pushed out again.

Some sites point out that a pelvic muscle exercise can help it from happening to you, ladies. This exercise, also known as Kegel exercise, is not only keeping your pelvic floor muscle strong, it also strengthen your bladder control.

How to do it?

First you need to find the right muscle. The easiest way to do it is to try stopping the flow of your urine. If you can do it, you found the right muscle. Just remember the location of it, because we will need to concentrate on that specific muscle, and that muscle alone.

Then, it's all about squeezing the pelvic muscle for several times. For example, try to squeeze the pelvic muscle and hold it for 3 seconds and then relax for another 3 seconds. You can gradually increasing the repetition, but don't over do it.

Now, all together: squeeze!

Thursday, October 20, 2005

Mari nge-kop tanpa bekas

Dasar apes... suatu kali, semua teman Indonesia saya tidak bisa dihubungi selama beberapa hari. Sementara, saya sudah tepar banget karena masuk angin. Mau kop diri sendiri, bekasnya itu lho ngga nahan, sementara saya masih mau ke dokter. Memang ke dokter disini jarang sampai diperiksa, tapikan kita tidak tau, kalau tau-tau diperiksa dan badan merah² semua bisa panjang lagi diskusinya. Pendeknya, saya malas kop sendiri sampai ada bekas hari itu.

Berhubung kepepet, akhirnya saya minta tolong U untuk nge-kop. Pilihannya tinggal dia, atau mantan teman serumah saya,yg suka hal berbau Asia dan juga tau tentang kop mengkop tapi sedang entah dimana. U pernah liat sih hasil kop itu kayak apa, dan alatnya juga. Tapi tidak pernah betulan nge-kop.

Sesudah U datang, dan masakin saya panekuk kentang Draniki, mulai deh saya bujuk². Awalnya dia maunya mijat saja. Duh, mana sukses dipijat. Lagian orang itu ngga bisa beneran mijat kayak mbok² di Jawa. Akhirnya setelah semua jurus bujuk rayu keluar, mau juga beliaunya nge-kop. Horee!

Gimana caranya nge-kop ngga berbekas kayak ditonjok? Gini... lumuri kulit dengan minyak atau krem agar licin. Kemudian kulit dikop tapi jangan sampai terlalu banyak divakum agar masih bisa bergerak, kalau kebanyakan sakit pas digerakkan. Lalu, mulailah menggeser hasil kop tersebut. Ulangi lagi sampai rasanya enakan. Susahnya, ngga bisa dikerjain sendiri. Saya udah pernah nyoba, yg ada malah otot ketarik!

Dasar U, belum apa-apa sudah ngeri dulu.
+Yakin ini ngga sakit?
-Iya, kalau ngga malah tambah sakit
+Minum obat deh...
-Ngga mempan, udah deh please bentar aja asal ngga mual lagi


Begitu lihat hasil divakum yg warnanya rada ungu itu (kan udah dibilang, saya tepar)
+Oh, I'm going to hell for this
-hehehehehe
...
+if my mom knew...
-diem² aja deh, mau nolongin ngga, dah mulai enakan nih
...
+you are one sick girl
-yes, I am, kalau ngga sakit kan ngga minta dikop hahahahahaha


Menurut dia, dia bisa nulis buku tentang culture shock Indonesia setelah kejadian ini :) Sip dah, Bang!

ps: Want to try cupping? Check this 'Cupping 101' at BBC

Monday, October 17, 2005

Angin oh angin...

Saat nama bulan mengandung huruf 'R', biasanya kemungkinan saya terkena flu makin besar belum lagi yang namanya masuk angin. Apalagi badan saya selembar saja, dan angin di sini segede gajah. Ngga bohong. Saya suka terbawa angin walau tidak separah Mary Poppin.

Sempat saya rajin minta disuntik vaksin flu di dokter keluarga, tapi karena tidak termasuk golongan berisiko saya harus membayar sendiri biaya vaksinnya. Kadang kalau beruntung, prediksi ahli vaksinnya benar, jadi vaksinnya bekerja terhadap jenis virus flu tahun itu. Tapi kadang prediksinya salah juga, jadi biar telah divaksin tetap saja bisa kena flu. Asal tau saja, tiap tahun rupanya virus flu itu berubah² karena mengalami mutasi.

Di sini, orang terkena flu pun tidak diberi obat kecuali sudah ada infeksi bakteri juga. Jadi tidak diberi antibiotik untuk melawan flu. Mengapa demikian? Karena antibiotik TIDAK bekerja melawan virus, sementara flu atau influensa itu disebabkan oleh virus. Bila kita minum antibiotik, apalagi yang broadspectrum, maka bakteri didalam tubuh kita akan tewas. Padahal, tidak semua bakteri dalam tubuh itu tidak baik. Kadang saya bingung kalau di Indonesia masih saja orang yang hanya terkena flu diberi obat antibiotik, apalagi yang broadspectrum oleh dokter. Kalau ditanya ke dokter di tanah air mengapa mereka memberikan antibiotik, jawabannya seringkali karena di Indonesia tidak sebersih di luar jadi ada kemungkinan infeksi. Padahal kan harusnya memberikan antibiotik itu harus penuh pertimbangan, kalau sebentar-bentar dikasih antibiotik tanpa alasan yang jelas, kasian badannya juga karena komposisi flora di ususnya berubah.

Yang sulit kalau sedang masuk angin, yang di sini disebut koud vatten alias common cold. Kalaupun ke dokter, jawabannya hanya 'uitzieken', disuruh istirahat saja. Boro² dikasih obat, kalau dikasih pun hanya paracetamol yang sebetulnya tidak perlu resep.

Biasanya kalau masuk angin ringan saya minum wedang jahe atau yang sebangsanyalah, asal membuat badan hangat. Atau minum yang ada sodanya biar anginnya keluar. Tapi kalau sudah parah, biasanya saya sampai mual-mual. Ini amat sengsara, karena saya tidak bisa muntah. Nah, kalau sudah begitu mau tidak mau saya harus kerokan atau dikop terserah oleh siapa. Namanya juga sudah hampir tewas.

Rupanya, tradisi kerokan dan kop ini tidak hanya dikalangan Cina maupun Indonesia, tapi juga di Vietnam. Intinya sama, mereka percaya bahwa hawa (chi) dingin masuk ke tubuh dan harus dinetralkan dengan menghangatkan tubuh. Caranya selain kerokan dengan koin dan minyak hangat, bisa juga dengan dikop, dan ada beberapa cara lain.

Di kalangan medis Barat pun kebiasaan Asia ini mulai dikenal perlahan-lahan. Jangan heran, kalau setelah kerokan ke rumah sakit, tiba-tiba banyak yg merubung melihat bekas kerokan. Bisa juga terjadi orang tua dikira menyiksa anaknya sampai merah² dan dipanggilkan dinas sosial oleh perawat atau dokter yang tidak tau kebiasaan ini!

Kalau dipikir, menurut saya mendingan dikop, selain lebih tidak sakit dikulit, kemungkinan kulit luka juga lebih kecil dibandingkan dengan kerokan. Belum lagi kalau kerokan dengan coin yang tidak bersih, bisa kena infeksi. Saya sih sebetulnya selain punya alat kop juga punya alat untuk kerokan dari besi yang beli di Jogja yang pinggirnya tidak tajam. Walau demikian, bila alat itu dipakai untuk mengerok orang lain dan terluka, bisa saja saya tertular hepatitis misalnya. Kan ngga lucu, niatnya sembuh dari masuk angin malah kena hepatitis.

Bagaimana dengan jamu yang banyak iklannya itu? Sampai sekarang saya tidak pernah mencoba minum jamu²an untuk melawan masuk angin, karena isinya apa menurut saya tidak jelas. Lagipula, sekali-kalinya saya minum jamu supaya bisa gemuk ternyata setelah di cek di laboratorium FKUI, isinya ada testoteronnya. Ngga lagi² deh!

Wednesday, October 12, 2005

Sepeda dan Pria

Di Belanda jumlah sepeda yang ada jauh lebih banyak daripada jumlah penduduknya yang sekitar 16 juta itu. Mereka menggunakan sepeda tidak hanya untuk angkutan sehari² ke kantor, ke sekolah, maupun belanja, tapi juga sebagai bagian dari rekreasinya. Cukup banyak Belanda yang melakukan perjalanan panjang ratusan kilometer dalam satu akhir minggu.

Jangan dikira yang menggunakan sepeda hanya yang muda² maupun merasa muda, nenek² maupun kakek² diatas usia 65 tahun pun masih banyak yang bersepeda.

Beberapa tahun terakhir ini, mulai banyak penelitian mengenai efek bersepeda (terutama pada pria). Memang disatu sisi bersepeda merupakan olah raga, yang tentunya baik untuk tubuh kita. Tapi ternyata bukan berarti tidak ada efek negatifnya.

Rupanya bentuk sadel sepeda bisa menimbulkan masalah di kamar tidur.

Baik sadel tradisional maupun yang ergonomis ternyata mengurangi laju darah ke arah alat kelamin pria. Rupanya bentuk sadel yang ber-'hidung' mancung itu tidak ramah terhadap daerah perineum, daerah antara alat kelamin dan anus. Di bagian dalam daerah ini terdapat pembuluh darah yang menuju kearah alat kelamin dan dapat terjepit bila kita duduk di atas sadel sepeda, terlebih bila berat badan kita berlebih. Menurut Dr. Schrader dari National Institute for Occupational Safety and Health, tekanan yg dialami oleh daerah perineum saat kita duduk diatas sadel bisa 7 kali lebih tinggi dari normal.

Salah satu tanda adanya masalah dengan aliran darah di daerah perineum adalah bila kita merasa baal/kesemutan (numb) setelah bersepeda. Rasa itu merupakan upaya badan kita memberi tahu adanya ketidak beresan ditubuh.

Memang tidak semua pengguna sepeda mengalami masalah libido atau keperkasaan. Sama seperti tidak semua perokok menderita kanker paru-paru. Tapi menurut perkiraan paling tidak ada 5% pengguna sepeda yang intensif mengalami masalah. Bisa jadi jumlahnya lebih tinggi karena kaum adam biasanya malu untuk membahas hal ini, selain mereka mungkin tidak menghubungkan kesenangannya bersepeda dengan masalah di kamar tidur ini.

Sebagai jalan keluar, para ahli reproduksi yang meneliti masalah ini merekomendasikan penggunaan sadel tanpa hidung yang jauh lebih ramah terhadap daerah perineum.

Mungkin, ada benarnya komentar teman saya belum lama ini yang memilih tidak bersepeda. Katanya, 'Bisa jadi pria Belanda tidak bisa flirting karena kebanyakan naik sepeda.' :)

Tuesday, October 11, 2005

Wanita dijajah pria sejak dulu

diciptakan alam pria dan wanita
dua makhluk dalam asuhan dewata
ditakdirkan bahwa pria berkuasa
adapun wanita lemah lembut manja

wanita dijajah pria sejak dulu
dijadikan perhiasan sangkar madu
namun ada kala pria tak berdaya
tekuk lutut di kerling wanita

Sabda Alam - Ismail Marzuki


Di The Jakarta Post tanggal 10 Oktober termuat artikel tentang rencana Pengadilan Agung untuk memberikan syarat bagi pria asing untuk menaruh deposito sebesar 500 juta rupiah sebelum mengawini perempuan Indonesia.

Entah siapa yang mempunyai ide jenius ini, tapi menurut harian tersebut mereka mengacu pada peraturan sejenis di Mesir. Rupanya di negara yang paternalistik seperti Indonesia memerah perempuan yang bekerja (TKW) saja tidak cukup, sehingga niat baik seorang wanita untuk melangsungkan perkawinan pun kalau bisa dijadikan sumber pendapatan negara.

Bila usulan ini di terima untuk dijadikan perundangan oleh DPR, maka posisi perempuan Indonesia, terutama yang berkaitan dengan perkawinan transnasional, semakin terpuruk.

Setelah bertemu jodoh, yang bagi sebagian orang hal ini tidak mudah, untuk sampai melakukan perkawinan resmi antar bangsa di Indonesia tidak lah mudah. Birokrasi yang harus dilalui cukup panjang.

Masalah pasangan beda bangsa ini pun tidak hanya terbatas pada perbedaan budaya, atau bahasa, terutama bila pengantin putrinya orang Indonesia.

Bila pasangan tersebut ingin menetap di Indonesia, sang istri yang berwarga negara Indonesia tidak bisa menjadi sponsor bagi suami dan anak mereka yang warga negara asing. Pria asing hanya dapat menetap di Indonesia bila memiliki visa berkerja atau bisnis. Tidak demikian halnya bila pria Indonesia menikah dengan wanita asing, ia dapat menjadi sponsor istrinya.

Keturunan pasangan ini otomatis mengikuti kewarganegaraan si ayah dan tidak diperkenankan mempunyai kewarganegaraan ganda. Jadi bila terjadi perceraian atau kematian, maka si ibu tidak otomatis mempunyai hak asuh bagi anaknya yang kewarganegaraannya berbeda tersebut. Belum lagi kendala pengurusan ijin tinggal yang tidak mudah, serta tidak murah itu.

Bila warganegara Indonesia meninggal, maka pasangan dan anaknya yang berwarganegara asing tersebut akan kehilangan hak waris mereka. Pemerintah Indonesia akan menyita kekayaan mereka dan melakukan lelang dalam satu tahun setelah kematian tersebut.

Hal tersebut diatas terjadi karena berlakunya beberapa Undang².Dalam undang² nomor 9/1988 tentang keimigrasian Indonesia dan dalam undang² nomor 62/1958 tentang Kewargakenegaraan posisi wanita Indonesia tidak sama dengan pria. Kedua undang² tersebut diskriminatif terhadap wanita selain bertentangan dengan UUD 1945, undang² nomor 7/1984 serta Deklarasi PBB tentang Hak Azazi manusia.

Bila anda yang beruntung tidak terlibat hubungan transnasional, bukan berarti tidak ada masalah.

Undang² nomor 1/1974 tentang perkawinan juga masih diskriminatif dan tidak sesuai dengan jaman. Masih terdapat ketimpangan hukum yang tidak melindungi wanita Indonesia, ambil contoh tentang masalah poligami, perceraian dan konsekuensi hukumnya, serta hak dan kewajiban pasangan dalam rumah tangga. Belum lagi masalah status hukum anak di luar perkawinan dan seperti dikemukakan diatas, anak hasil perkawinan transnasional.

Sebetulnya bulan Mei lalu telah ada usaha dari LSM² seperti Kowani, Aliansi Pelangi Antar-Bangsa yang mengajukan usulan untuk melakukan amandemen terhadap ketiga perundangan tersebut sehingga hak wanita menjadi setara dengan pria.

Semoga saja masukan mereka memperoleh porsi lebih dibanding usulan tentang pembayaran deposito seperti yang dikabarkan oleh the Jakarta Post. Sudah waktunya 50% dari manusia Indonesia ini memperoleh hak yang setara dengan pria. Buat apa hari Kartini dan hari Ibu diperingati setiap tahun, bila tidak ada kemajuan dibanding pada masa Beliau hidup.


ps: Ternyatanya nasib wanita (dan pria)Turkmenistan sempat mengalami nasib seperti yang dicita²kan oleh pengusul undang² itu. Artikel itu menarik untuk melihat efek praktis peraturan yang absurd seperti usulan tersebut. Posisi wanita (dan pria) justru semakin buruk. Selain itu saya koq merasa negara menjadi semacam mucikari ya?

Show me the way...

On entering a country,
ask what is forbidden;
on entering a village,
ask what are the customs;
on entering a private house,
ask what should not be
mentioned.

— Chinese Proverb



We were at the Eye Hospital in a hurry for my consultation when it happened. I saw this interesting art work at the wall in front of consultation room 1. On the first glance it seemed like an ordinary curled brass hanging on the wall; however the shadow cast on the wall was a transcription of a saying in Dutch. Very clever and very appropriate for an eye hospital. I wanted U to see it. So I pointed out using my right forefinger and said, 'Look! That’s interesting'

In stead of looking the direction I was pointing, he started protesting about me pointing to that art object with my finger. Confused and still in a hurry, I pursued to take the stairs to the first floor, with him tailing not far behind, heading toward consultation room 17 as I was told earlier. Meanwhile the conversation continued:

+Don't point
-Huh? What do you mean? I want you to see it. Did you see it?
+Didn't they tell you not to point when you are a kid?
-What's wrong with pointing? Besides, I was only pointing at an object not at a person.
+You are a nice girl from a nice family, how come you point at things?
-Oh, it must be another culture gap

Turns out, in Russian culture, one should not point at things with one finger. It is impolite. In retrospect, I’ve never seen U pointing anything at all. If he wanted to show me something he would’ve told me where to see. If I still couldn’t see what he wanted me to see, he would have turned my body or my head toward the direction, which I found rather quirky. ;)

Well I don’t know about you, but I could only remember being told to use my thumb to point at things when I am in or around elderly people from (Central) Java and that I must not point at people using my finger.

As I've been living in this Lowland for years, I think I can safely say that the Dutch never have any problem with pointing things with their finger(s).

Later on I explained to U about this finger pointing thing, and he was amazed that Javanese use thumb to show direction. He found it rather impractical. Go figure :)

Can anyone enlighten me with other cultures' take on pointing for direction?

Monday, October 10, 2005

Siapa sih Belanda itu?

Berhubung ditanya sepupu tentang stereotipikal Belanda saya jadi ingat pembicaraan dengan U beberapa bulan lalu tentang stereotipikal suatu negara. U cerita bagaimana orang Belarusia memandang bangsa lain disekitarnya. Ketika dia bertanya tentang pandangan orang Indonesia tentang negara sekitarnya saya jadi diam. Sepanjang ingatan saya, kita koq ngga punya stereotipik tentang negara tetangga ya? Seperti Loucee tulis di sitenya, paling banter kita punya stereotipik tentang orang India atau Cina. Kalau stereotipik antar suku di Indonesia sih jelas ada. Walau kadang saya mikir lagi, itu stereotipik (negatif) atau pemikiran rasial ya?

Apa kita tidak mempunyai stereotipik tentang negara tetangga karena pada dasarnya bangsa kita jarang keluyuran/berhubungan dengan negara tetangga? Abis Indonesia besar sih, kalau tinggal di Jawa mau ke Malaysia kan jauh, lebih gampang ke Bali atau Madura. Beda dengan negara² Eropa yang dekat satu dengan yang lain, apalagi bila tinggal di Benelux yang kalau meleng sedikit bisa sudah sampai ke negara tetangga.

Kembali ke pertanyaan sang sepupu. Kalau dibilang Belanda pelit, di mata orang Eropa setau saya orang Skotlandia atau orang Yahudi lebih pelit. Tapi memang orang Belanda itu itungan sekali. Sampai satu sen pun bisa dituntut. Dalam bahasa Belanda dikenal: elk dubbeltje tweemaal omkeren (terjemahan letterlijknya: setiap 10 cent diputar dua kali) yang artinya amat hemat. Jujur saja, kadang ada enaknya sih, semua jelas kalau pergi dengan teman. Makan bareng, ya kita bayar sendiri² apa yang kita pesan. Jadi kalau dia pesan lebih mahal ya urusan dia, rekening tidak dibagi separuh-separuh. Menurut cerita kebiasaan hemat dan cermat ini karena mereka biasa hidup susah, tidak seperti di Indonesia di mana bila kita melempar biji duren di halaman juga bisa tumbuh jadi pohon duren.

Orang Belanda cenderung tidak kenal basa-basi. Kadang saya jauh lebih suka berbicara dengan orang Belanda daripada dengan orang Jawa yang penuh basa-basi. Paling tidak saya tidak perlu susah² mengira-ngira maunya mereka apa. Mereka juga cenderung bicara seadanya, yang kalau tidak biasa mendengarnya bisa sakit juga sih. Ingat saja bagaimana mentri Belanda Pronk memberikan komentar tentang korupsi di Indonesia yang membuat pemerintah Indonesia marah.

Mungkin tidak jauh dari urusan komunikasi, (pria) Belanda tidak bisa flirting. Cerita panjang lebarnya bisa dibaca sendiri di tulisan saya sebelum ini.

Yang menarik bagi saya adalah selera Belanda. Di satu sisi Belanda terkenal dengan para pelukisnya, siapa sih yang tidak kenal Van Gogh, Rembrandt, Vermeer serta de Kooning. Arsitek Rem Koolhaas juga ngetop dengan designnya. Saat ini pun design Belanda termasuk sedang ngetop di dunia. Tapi kalau melihat cara orang Belanda berpakaian tuh sering kali ampun deh. Jeans warna oranye, atau merah dipakai kaum adam termasuk hal yang normal di negara ini. Kebiasaan wanita Belanda memakai baju bertumpuk² dengan warna atau corak yang tabrakan juga amat normal. Rambut yang berantakan boleh dibilang bagian dari 'Belanda'. Jangan kira hal itu hanya dilakukan selama kegiatan sehari-hari. Pergi ke perkawinan, ke opera, maupun acar resmi pun sering kali kostumnya tidak beda jauh. Enaknya, kita tidak dituntut selalu bergaya walau akhirnya bisa merusak 'selera' kita sendiri kalau keseringan ikut 'gaya' mereka.

Sebelum sampai di Belanda, saya diwanti² bahwa orang Belanda itu amat pembersih. Beda sekali dengan saya yang selebor. Ternyata, sesampainya di sini dan bergaul dengan Belanda yang masih seumuran, mereka juga tidak bersih² amat, malah banyak yang jorok! Menurut observasi saya, biasanya ketika masih sekolah, mereka itu (lumayan) jorok, dan tidak rapi. Ok, ini generalisasi, tapi biasanya memang demikian, apalagi mereka² yang ikut dalam organisasi mahasiswa yg disini disebut vereniging. Nantinya, bila mereka sudah bekerja atau berumah tangga (baik kawin maupun hidup bersama) mereka mulai peningkatan, lebih rapih dan bersih. Setelah mereka tua, mereka jadi amat pembersih dan rapih.

Belanda juga terkenal toleran, paling tidak mereka sendiri merasa sebagai bangsa yang toleran. Tapi menurut saya toleransinya setengah hati. Selama kita tidak mengganggu mereka, maka mereka seakan-akan mentolerir kita. Ini amat terasa akhir² ini terutama sejak pembunuhan terhadap Theo van Gogh. Sebagai bangsa yang berani tampil beda dengan melegalisasi banyak hal yang boleh dibilang masih tabu di negara lain (narkoba, prostitusi, hubungan homoseksualitas, eutanasia, serta aborsi), memang tampaknya mereka toleran dan liberal. Tapi kalau dilihat lagi, keputusan mereka itu selalu ada keuntungannya. Ambil contoh legalisasi prostitusi. Sebelum dilegalkan, adanya prostitusi di'maklumi' jadi tidak legal, tapi juga tidak 100% illegal. Ternyata dengan posisi seperti itu banyak masalah timbul, terutama masalah perdagangan wanita dan pendatang ilegal. Jadi dengan dilegalkan dan terlokalisasi masalah itu berkurang, selain ada keuntungan pajak pemasukan (income tax) serta penyebaran penyakit kelamin menular dapat terkontrol.

Itu semua stereotipik Belanda dimata saya. Mungkin orang lain melihat Belanda berbeda karena latar belakangnya dan pengalamannya dengan orang Belanda berbeda dengan saya. Seperti orang Inggris melihat Belanda sebagai bangsa yang tidak punya emosi, pelit, dan mudah naik darah. Bisa jadi ini berawal dari masa perseteruan mereka mencari jajahan di abad ke 17. Efeknya masih bisa kita lihat sampai saat ini di istilah bahasa Inggris yang menggunakan kata 'dutch' seperti dutch courage, dutch metal, dutch uncle, going dutch, semuanya artinya cenderung negatif.

Untuk masukan lain tentang stereotipik Belanda mungkin bisa dilihat di koran NRC, maupun di site expatica dan zompist.

Wednesday, October 05, 2005

Word of the week 40

In Spanish the word 'esposa' means 'wife', while the (plural) word 'esposas' means 'handcuffs'. So, mi esposa, mis esposas = my wife, my handcuffs. What a chauvinist language ;)

Monday, October 03, 2005

Chimpanse aja bisa berhenti merokok!


Chimpanse yang bernama Ai Ai akhirnya berhenti juga merokok. Ai Ai memulai kebiasaan buruknya setelah diberi rokok oleh salah seorang penjaga kebun binatang di propinsi Shaanxi, China. Awalnya chimpanse ini menderita depresi setelah ditinggal mati pasangannya tahun 1989. Baru setelah ditinggal mati oleh pasangan berikutnya dan anaknya dipindah ke kebun binatang lain ia menjadi perokok berat.

Nah, kalau Chimpanse aja bisa berhenti merokok, masa orang yang punya otak sulit berhenti?

Thursday, September 29, 2005

Apa kata mama, Jangan loncat² di atas tempat tidur!

Loncat ah..
Suatu malam, ketika saya masih kelas 5 SD, saya bersama dua teman asyik meloncat² di atas tempat tidur kamar ayah saya. Soalnya itu spring bed. Asyik buat loncat², abis tidak punya trampolin sih.
Tiba² terdengar bunyi, 'Kraak'. Kami berhenti. Tak terdengar apa². Lanjut lagi. 'Kraak', kali ini lebih keras. Kembali kami berhenti. Tapi sunyi. Setelah menimbang², dan mencari sumber bunyi yang tidak ketemu, kami loncat² lagi. Sampai....

'KRAAK, BUUMMM!'

Anjlok lah tempat tidur itu. Kayu dibawah tempat tidur bagian tengah patah, tak tahan menahan bobot kami bertiga.

Rupanya, kami masih beruntung, hanya kayu itu saja yang patah.

Kemarin ada berita tentang seorang anak yang kurang beruntung saat loncat² diatas tempat tidur. Kakinya tertusuk kawat matras dan harus dioperasi untuk dapat melepaskannya. Uh!

Ternyata, enaknya loncat² baik di trampolin maupun di atas kasur kadang kala harus dibayar mahal. Tulang yang dislokasi, luka yang menganga, patah tulang, bahkan kematian.

Jadi benar kata orang tua: jangan loncat² di atas tempat tidur.

Tuesday, September 27, 2005

My New Words for this week

In Bulgarian, you call your big sister Kakak, just like you call your older sibling (m/f) in Indonesian. While kaka means shit in Russian.

But the best word I've learn this week is: bakku-shan, Japanese for girl who looks good from behind but not from the front.

Saturday, September 24, 2005

Socks Heaven

P1010243

Just finished doing my laundry, and I've noticed that I lost one of my socks, again.

Have you ever wonder where are those missing socks go to?
Why was it always the one that you like the most that is gone?
Why would you only loose one of the pair?
Is it some kind of conspiracy between socks producent & washing machine producent to make us buy more of their product?

maybe, just maybe, we need to buy socks not in pairs, but in threes. So when you lost one of them, you can still enjoy them.

Thursday, September 22, 2005

Antara pribumi dan non-pribumi

Benetton ads
Setelah hurricane Katrina, media massa Amerika marak berisi issue rasial. Hitam vs Putih. Ternyata rasialisme masih hidup di Amerika. Sama seperti rasialisme masih hidup di Indonesia, dan juga di Belanda yang katanya toleran.

saya rasa kita semua tau bagaimana situasinya di Indonesia, yang masih ada istilah pribumi dan non-pribumi. Sejak dulu saya tidak bisa mengerti istilah ini. Mengapa mereka yang keturunan etnis Cina disebut non-pri, sementara mereka yang keturunan Arab, India, bule, tidak disebut non-pri. Ada yang bilang karena faktor sejarah jaman kolonial dulu, saat penghuni tanah Hindia Belanda dibagi menjadi tiga golongan: bule², orang asing non-bule (termasuk didalamnya Cina, Arab dan India), serta pribumi alias inlander (yang berarti penduduk asli pulau). Kalau alasannya karena penggolongan ini, mengapa hanya keturunan Cina saja yang digolongkan sebagai non-pri?

Sama seperti di Indonesia, di Belanda ada istilah diskriminasi juga yaitu autochtoon, yang berarti penghuni asli suatu negara, dan allochtoon yang artinya pendatang. Pembagian ini dipakai terutama sejak datangnya gastarbeid, pekerja tamu (asing), dari Maroko, Turki sekitar tahun 60-an. Jadi berbeda dengan di Amerika, dimana imigran yang menjadi warganegara Amerika boleh dibilang langsung diterima. Hal ini bisa jadi karena Amerika merupakan negeri imigran, maka orang asing tidak kesulitan untuk diterima. Imigran di Belanda selalu menjadi orang asing. Persis seperti keturunan etnis Cina di Indonesia yang telah hidup turun temurun di tanah air entah berapa puluh, bahkan mungkin ratus tahun lamanya.

Siapa saja yang termasuk allochtoon dijelaskan dalam Undang² peningkatan lapangan kerja bagi pendatang (Wet bevordering evenredige arbeidsdeelname allochtonen). Disebutkan disana bahwa mereka yang lahir di Turki, Maroko, Surinam, Nederlandse Antillen, Aruba, bekas Jugoslavia, atau negara lain di Amerika Tengah dan Selatan, Afrika atau Asia dengan perkecualian Jepang dan bekas Hindia Belanda beserta anak²nya adalah allochtoon. Perhatikan, undang² itu membuat definisinya berdasar tanah kelahiran, bukan berdasarkan ras. Jadi Belanda yang lahir di Cina misalnya, bisa termasuk allochtoon. (Loop-hole ini kemudian dieksploitasi oleh perusahaan Belanda untuk memenuhi kuota pegawai allochtoon)

Dus, orang Indonesia tidak termasuk Allochtoon, sementara orang dari bekas Jugoslavia yang putih² itu justru allochtoon! Mengapa? Karena kita keturunan orang yang lahir di Hindia Belanda. Apakan artinya kita termasuk autochtoon? Saya rasa tidak juga, sampai kini saya masih belum menemukan orang Indonesia digolongkan sebagai apa menurut hukum.

Tapi biar secara hukum kita tidak termasuk allochtoon, tapi berhubung secara fisik beda, diskriminasi maupun perlakuan rasial bisa kita terima juga. Terlebih belakangan ini rasialisme semakin terasa, terutama sejak dibunuhnya Theo van Gogh oleh seorang allochtoon berpaspor Belanda yang kebetulan muslim.

Akhir² ini mulai timbul gerakan untuk meninggalkan penggunaan istilah rasial ini di Belanda, terutama di Amsterdam Timur. Karena bagaimanapun juga penggunaan istilah ini bertentangan dengan peraturan anti diskriminasi Uni Eropa. Hanya saja masih ada sisi negatifnya, banyak dana subsidi yang khusus diperuntukkan bagi (instansi/organisasi) allochtoon yang jadi tidak bisa diterima bila kita tidak mengkatagorikan diri sebagai (instansi/organisasi) allochtoon.

Kita lihat saja, sampai kapan istilah ini dipertahankan di Belanda, dan sampai kapan iklim rasial yang sekarang ada akan berkurang.

Tuesday, September 20, 2005

Taxi

London taxi
Selama saya tinggal disini, sepanjang ingatan saya, tidak pernah ada cerita penumpang taxi yang dijarah atau di rampok supir taxi (beserta temannya). Mungkin karena semua supir taxi disini terdaftar legal, sehingga bila melakukan pelanggaran akan lebih mudah dicari. Yang sering terdengar justru tindak kriminal terhadap supir taxi. Mereka dirampok, dibunuh. Sampai² taxi disini dilengkapi camera yang selalu memonitor siapa yang naik dan turun kendaraan tersebut. Bahkan katanya ada kursi penumpang yang bisa mengeluarkan kejutan listrik, persis model stun gun.

Tapi rupanya masalah penumpang taxi di tanah air juga dirasakan di London. Cukup banyak wanita yang diperkosa, dirampok, diperlakukan tidak senonoh oleh taxi yang tidak legal terutama di malam hari. Untungnya sejak hari ini ada jalan keluarnya. Dengan mengirim sms 'home' ke nomer 60835 maka salah satu dari 3 perusahaan taxi yang beroperasi legal akan mengirimkan anak buahnya menjemput anda.

Ide ini menarik, dan mungkin bisa di contoh di tanah air. Ada yang berminat?

Friday, September 09, 2005

Bau Alami

pemandangan dari kereta
Kalau jalan2 di Belanda saat cuaca panas, jangan heran bila ada bau²an 'alam'. Habis bagaimana ya, negeri ini penuh sapi dan domba yang tentunya pembuangannya perlu tersalurkan. Biasanya dijadikan pupuk alami, tapi konsekuensinya ya itu tadi, bau semerbak yang semakin semerbak bila terkena panas matahari.

Pertama kali saya mengalaminya, saya sedang di kereta, saya pikir pada jorok amat ya, kentut semena-mena, mana bau banget. Ternyata, baunya dari luar, dari padang rumput di kiri kanan rel yang banyak dihuni sapi dan domba.

Ternyata pengalaman saya masih mendingan dibanding tante saya. Ketika sudah tunangan, tante berkunjung ke negara yang bakal jadi rumahnya ini di musim panas. Saat sedang jalan² bersama kekasih, tiba² koq ada bau²an ya? Dalam hati tante kesal juga, lagi pacaran koq dikentuti. Tapi mau protes masih ngga enak. Selidik punya selidik, ternyata itu bau dari luar.

Ketika anak semata wayangnya lahir, setiap kali dalam perjalanan ada bau²an, tante mengecek pampersnya, siapa tau harus diganti. Lagi² bau dari luar.

Jadi, kalau sampai di Belanda dan mencium bau²an alami, jangan buru² menyalahkan teman seperjalanan, siapa tau biang keroknya dari luar.

Wednesday, August 31, 2005

Mari pinjam Homo di Perpustakaan

buku

Orang Belanda terkenal cermat, kalau tidak mau dibilang pelit. Jadi yang namanya pinjam meminjam merupakan salah satu jalan keluar untuk irit.

Mainan anak² yang mahal, bisa pinjam di Speel-o-theek. Anak senang mainan bisa berganti-ganti, orang tua senang tidak harus keluar uang banyak.

Orang Belanda selain senang pergi liburan, mereka senang menghias rumahnya. Salah satunya dengan karya seni yang mereka pinjam dari Art-o-theek. Artotheek ini ada di banyak kota, koleksinya bisa ribuan karya seni, dari mulai patung sampai lukisan. Dengan membayar sedikit uang misalnya kita dapat meminjam lukisan dan menikmatinya di rumah.

Perpustakaan di tiap kota, sekecil apapun kota itu, selain menyediakan peminjaman buku juga meminjamkan film, dan terkadang menyediakan ruangan kedap suara untuk latihan musik (kadang piano disediakan).

Tapi baru mulai September ini kita bisa meminjam kaum minoritas dari perpustakaan, tepatnya perpustakaan di kota Almelo. Katanya tak kenal maka tak sayang. Dengan mengadopsi ide dari Swedia, perpustakaan Almelo berusaha agar orang memperoleh kesempatan mengenal lebih dekat kaum minoritas.

Ingin tau tentang homo, Islam, kaum Gypsi? Maka kita bisa 'meminjam' orang dari ketiga golongan itu selama 1 jam. Kita bisa berbincang² dengan mereka di cafe di sebelah perpustakaan. Hanya saja harus cepat membuat reservasi, karena hanya ada 10 orang saja yang bisa 'dipinjam'.

Saturday, August 27, 2005

Talpa tv

Logo Talpa, stasiun tv ke-10
Awal bulan ini ada stasiun TV baru, Talpa milik billioner media John de Mol. Saya sih cuma liat pas siaran pembukaannya, karena ada konser musik. Tapi orang² disekitar saya bolak balik ngomel katanya keterlaluan isinya. Bisa jadi benar, soalnya paling tidak ada dua acaranya yang rada over-the-top.

Pertama: Big Brother. Ok, siapa sih yang ngga tau hebohnya acara ini di mana-mana. Kabarnya BB UK saat ini sampai diprotes penonton karena ada penghuninya yang terlalu tidak senonoh. Nah, BB NL kali ini salah satu penghuninya, Tanja, mengandung 7 bulan dan masih merokok! Mereka harap ia akan tinggal sampai saat melahirkan. Sebelum Tanja terpilih, terdapat 4 kandidat lain yang juga sedang hamil.

Kedua: Ik wil een kind van jou.. en verder niets (Aku mau anakmu... dan tidak yang lain). Ceritanya ada pasangan Lesbian Yessica dan Kristel yang ingin punya anak. Nah mereka mencari ayah biologis yang pas. Tidak perlu sempurna, ganteng, atau genetis yang super. Acara ini sendiri masih belum ditayangkan, malah masih mencari kandidat yang mau jadi donor sperma. Saya ngga tau kalau bukan bule mereka tertarik juga atau tidak. Yang jelas di sitenya sih hanya diminta usia antara 18 dan 45 tahun.

Jangan buru² mikir jorok, katanya acaranya berisi mereka mengunjungi calon donor dan melihat apakah ada kecocokan diantara mereka. Setelahnya? Inseminasi buatan. Menurut sebagian orang, salah pemicu adanya acara ini adalah kurangnya donor sperma di Belanda, dan berubahnya undang² tentang donor sperma.

Ada satu acara reality show lagi, tapi saya lupa tv mana yang bakal menyiarkan, bisa jadi Talpa juga. Isinya tentang lima bekas pelacur yang memulai cafe. Di satu sisi baik sih, mengembalikan mereka ke jalan yang 'lurus', tapi kenapa sih harus disebut mereka tadinya apa? Mungkin kalau hanya tentang lima perempuan membuka cafe kurang memancing rating ya.

Kebayangkan kayak apa isinya tv-nya John de Mol ini? Di sini yang liberal aja banyak yang tidak suka, bisa jadi kalau di Indonesia sudah diserbu FPI dari kemaren²:)

Monday, August 22, 2005

Kemiri alias.....

Kemiri bin Candlenuts

Suatu hari Ibunda tercinta yang mau belanja telefon siang² (disini) dari Amerika:

+ mbak, mama mau masak butuh kemiri, bahasa Inggrisnya kemiri apa sih?
- *sambil langsung jalan ke dapur dan berharap siapa tau ada tulisan bahasa Inggrisnya kemiri di botol* duh, apa ya... ngga pernah beli kemiri pakai bahasa Inggris
+ kemarennya oom B sudah ngasih tau, tapi lupa...
- lah, kenapa ngga dicatet? *mulai duduk sambil buka kamus Indonesia-Inggris, krn di dapur ngga ketemu*
+ itu dia, apa ya... kayaknya Firenuts atau apa gitu..
- masa sih? Ngga pernah denger ada nuts namanya kayak gitu *bingung, dan mulai buka kamus Belanda- Inggris*
+ lah, kalau kamu belanja gimana?
- ya.. taunya bahasa Belanda
+ Emang bahasa Belandanya apa?
- *dengan mantab* Kemirinoten hahahahaha
+ hahahahaha... masa sih?
- iya, ngga bohong. Dah nih ketemu: candlenuts, jauh bener sama firenuts
+ ya kan mama ingetnya jaman dulu itu dipakai buat sentir, dibakar²
- sip mam...

Enaknya tinggal di Belanda, bumbu Indonesia banyak yg namanya sama, terutama kalau di toko Cina :)

Friday, August 19, 2005

Liburan = Camping

Dari stacaravan sampai vouwcaravan

Biar bertahun-tahun di sini, satu hal yang saya tidak pernah ngerti adalah kesenangan bule² untuk camping alias berkemah.

Setiap liburan musim panas jalan dipenuhi oleh karavan yg merayap dari satu negara ke negara lain untuk berkemah. Sampai² ada hari Sabtu tertentu di bulan Juli yang disebut Sabtu Hitam, karena macetnya bisa sampai 24 jam di seluruh negara. Belum lagi ada satu hari tertentu diakhir musim semi, dimana orang berduyun² mengantri untuk menandai lahan yang nantinya akan dipakainya camping di suatu hutan di utara Belanda.

Camping sendiri bentuknya tidak terbatas seperti di Indonesia yang hanya memakai tenda ditengah alam tanpa fasilitas extra, yang menurut saya 'kemah' dalam arti sebenarnya. Camping di sini bisa berarti kita tinggal di tenda di kawasan camping yang dilengkapi sarana kamar mandi dan kamar kecil umum komunal yang baik, jauh lebih baik daripada di Cibubur. Bisa juga artinya kita tinggal di stacaravan, karavan yang permanen berdiri di sana, dan biasanya lumayan besar. Paling tidak didalamnya ada kamar tidur sendiri, kamar mandi & kamar kecil serta ruangan untuk duduk², makan dan dapur yang lumayan lengkap (mesin pendingin dan kompor sudah pasti ada, kadang bahkan ada mesin cuci piring).

Bisa juga kita membawa karavan milik pribadi atau menyewanya. Yang ini bentuknya bisa macam² juga, ada yang terpisah dari mobil kita - jadi harus digandeng; ada juga yang jadi satu dengan tempat menyupir, ada juga yang digandeng tapi masih harus dibangun dulu sesampainya di tujuan - dikenal sebagai vouwcaravan alias karavan lipat.

Menurut mereka, enak sekali liburan di tempat camping. Dekat dengan alam, romantis, bisa berpindah² tempat setiap hari kalau mau, bisa berkenalan dengan tetangga di tempat camping, siapa tau ada summer love. Alasan lain: murah. Ini penting bagi Belanda, karena mereka amat cermat kalau tidak mau dibilang pelit. Dengan camping mereka bisa liburan berlama², maklum libur mereka setahun sekitar 5 minggu.

Kemarin saya ngobrol dengan pengacara sukses yang kebetulan keturunan Turki dan beristri Belanda. Ia bercerita tentang liburannya di Spanyol dan Prancis belum lama ini, bagaimana mereka sekeluarga senang sekali tinggal di bungalow di camping Spanyol, dan di Karavan selama di Prancis yang dilakukan untuk pertama kalinya. Menurutnya dibandingkan tinggal di hotel berbintang 5, tinggal di camping 10 kali lebih menyenangkan. Sampai² sepulangnya liburan, ia membeli vouwcaravan! "Volledig geintegreerd (integrasi secara menyeluruh dengan kultur Belanda)", celetuk saya. Dan kami pun tertawa² sambil kemudian membahas iklan Knorr Roti di tv tentang perkawinan intercultural dimana digambarkan si istri bule sibuk memasak roti kari ala Surinam, sementara suaminya yg Creol hanya mau makan hutspot dan sibuk membersihkan karavannya.

Saya jadi kepikiran, kenapa ya kebanyakan orang Indonesia (yang saya kenal) tidak suka camping? Bagi saya sendiri sih saya butuh dinding dan atap yang kokoh. Kemudian ide bahwa masih harus masak, bolak balik bebenah selama liburan amat tidak menarik. Belum lagi bila di tempat camping jarak dengan tetangga dekat, dan belum tentu mereka tidak ribut baik siang maupun malam... tidak ada privacy. O ya, satu lagi: mungkin karena di tanah air banyak gubuk, jadi ide untuk liburan ditempat 'seadanya' tidak menarik.

Jangan salah, waktu saya kecil sih saya senang² aja berkemah. Terakhir saya kemah kayaknya waktu SD deh, biasa... pramuka. Setelah itu tidak pernah lagi rasanya. Hmm, pernah juga sih nginap di stacaravan di Disneyland Paris, tapi itu sih cuma 1 malam numpang tidur judulnya dan ngga pakai masak²an. Banyak juga sih yang membujuk, katanya beda kemah di sini, beda juga karena sekarang bukan anak² lagi. Iya, apa yang mereka katakan ada benarnya, tapi tau ya.. koq masih ngga kepengen ikutan camping bila diajak. Jujur saja, bulan Mei lalu hampir aja 'digeret' camping, untung udaranya lagi busuk-busuknya jadi niat itu batal. Fiuh! Rasanya lega deh, jarang² saya senang udara jelek :)

Komedian Jƶrgen Raymann yang orang Surinam itu pernah berujar, "saya tidak mengerti kenapa kalian Belanda kalau liburan senangnya seperti daklozen (tunawisma bin mbambung kata orang jawa, alias homeless)?" Setuju Jƶrgen... saya juga masih tidak mengerti.

Wednesday, August 17, 2005

When in Rome, kiss like Romans do...

muach muach muach

Living abroad means one learns new customs. One of the most important customs I've learnt is about greeting. As experts say, the first impression is the most important thing. One needs to know how to properly greet others and like it or not, in some cultures it sometimes involves kissing.

In most of English speaking countries, the standard greeting would be a handshake, while in Asian countries one bows or waves. But it's different in many European and Latin American countries, it involves kiss(es) on the cheek. Sometimes people kiss you even on the first meeting!

Being friends with people from these countries can lead into some (fun) confusion among us. Do I kiss them according to my family's customs (mine give each others two kisses, but I can’t say the same for other Indonesians), Dutch customs or their customs? Is it one, two, or more kisses?

Germans rarely greet with a kiss, while Chileans prefer to give a mixture of handshake and hug.

In USA, a single kiss is acceptable. But I guess this is more applicable in the big cities, as for the rest of the country you can’t go wrong with a brief hug. Single kiss is also done in Argentina, Peru, Mexico and Switzerland. I even heard that a single kiss right on the lips is done in some Middle Eastern countries, but of course not between men and women.

In Spain, Austria, Sweden, Britain you can expect to get two kisses.

Triple puckers are done in Egypt, Lebanon, and Russia. Belarusian also gives three kisses; but then again I met all of my Belarusian acquaintances in Holland, it was probably according to Dutch customs.

With the French it's a bit tricky. It depends on where they come from. Here are some examples: in Paris it is two, in Bordeaux it is three, in some Southern parts of France it is four kisses! Oh la la… I heard there is a saying in French: if you kiss only one cheek, the other one will be jealous. So I think you'll be fine by giving your French friend at least two kisses.

How about in Holland? Most of my first meetings with a (new) Dutch friend started with a handshake and we kiss when we depart. Of course when I meet some close friends of mine, I kiss them in both accounts. I've learnt that more and more Dutchy kisses three times, though some of them (mostly those who live up North) still prefer to do two kisses. They say it is too much to do it three times.

As for now, I give by default three kisses in Holland, two kisses (to some people) in Indonesia and do what ever I feel like in the rest of the world.

ps: Turns out Belarusian normally give two kisses.

Tuesday, August 16, 2005

Pria Belanda Tidak Bisa Flirting!

Xander de Buisonje & Mark van der Loo

Belum lama ini diadakan survey via internet oleh perusahaan deodoran AXE mengenai bagaimana pria Belanda mendekati wanita. Dari 120 ribu responden, 60% diantaranya menggunakan taktik ala womanizer yang ngga ada matinya. Baru setelah menginjak usia 30 tahun mereka memulai pendekatan dengan obrolan yang menarik.

Boleh dibilang hasil survey ini sesuai dengan pengamatan Sophie Perrier, wartawan koran Prancis LibĆ©ration, dalam bukunya 'De mannen van Nederland' yang terbit empat tahun lalu. Menurut pengamatannya dan 36 narasumbernya yg terdiri dari 35 wanita asing dan 1 homo Spanyol, ada dua metode mendekati wanita yang dipakai oleh pria Belanda. Cara pertama, lambat. Mereka menggunakan networknya untuk mengenal wanita, kemudian secara hati² mencari tahu apakah wanita itu tertarik padanya. Baru setelah berlama-lama, mungkin ia akan mengajak wanita tersebut nge-date!

Cara yang cepat: Tempat kamu atau tempatku?

Menurut buku ini, pria Belanda penampilannya menarik, mereka tinggi, biasanya tidak terlalu kurus (karena kemana-mana naik sepeda kali), dan kebanyakan pirang. Selain itu mereka bisa dipercaya, reasonable dan biasanya mau turut serta mengurus rumah tangga. Tapi jangan mengharapkan passion maupun romantisme, mereka tidak punya itu. Kalau pergi date-pun siap² saja going dutch alias bayar sendiri-sendiri.

Bila tertarik dengan pria Belanda, maka bersiaplah aktif mendekati mereka. Bisa jadi ini akibat emansipasi di Kikkerland ini, pria amat menghargai wanita. Jadi jangan harap ada orang yang flirting dengan perempuan yang lewat. Kalaupun ini terjadi, dalam pengalaman saya pelakunya hampir pasti orang asing.

Beberapa waktu yang lalu saya sempat gondok ketika sedang jalan sendiri di downtown, tau² ada orang yang seakan² memanggil² tapi tak jelas. Ketika saya liat, ternyata pria² Indonesia yang saya tidak kenal sedang kongkow. Idih, kayak tukang bangunan di Jawa! Masalahnya saya sudah biasa bertahun-tahun jalan sendiri tanpa ada yg siul², atau manggil² tidak jelas seperti yang sering terjadi di tanah air. Orang sini paling banter melirik di jalan, kalau sampai bilang "hai" itu sudah kemajuan banget dan ini pun biasanya dilakukan oleh mereka yang cenderung bekerja secara fisik. Jujur saja, awal tinggal disini rasanya aneh juga, sudah dandan cantik² rasanya ngga ada yang liat. Kalau di Amerika modal lipstick aja bisa ada orang flirting di jalan.

Kebiasaan ini rupanya juga membuat pria asing kadang serba salah. Bisa jadi saat memberikan pujian terhadap perempuan Belanda, pria itu dimaki sebagai sok macho. Pernah teman pria (bukan Belanda) saya berkomentar setelah uluran tangannya saya sambut ketika saya harus turun dari kereta, "Tumben tau". Sebetulnya hal itu adalah tindakan gentleman biasa untuk membantu menjaga keseimbangan, tapi rupanya menurut pengalamannya dengan perempuan Belanda, mereka seringkali menepisnya. Wanita Belanda terlalu emansipasi ujarnya.

Ada buku lain yang juga membahas tentang pria Belanda yang ditulis oleh Meghan dan Erin yang orang Amerika, judulnya 'How to Find a Man in Europe and Leave Him There'. Menurut mereka pria Belanda itu membosankan, tidak romantis, tidak tau passion dan tidak tau bagaimana memberi kado walau mereka itu berpendidikan tinggi, open-minded dan baik. Jadi lebih baik dijadikan sahabat daripada pacar.

Sekarang pilihannya ditangan anda, mau pacaran atau mau berteman dengan pria Belanda?

Monday, August 15, 2005

XTC lokal vs import

xtc

Beberapa tahun yang lalu, ada kenalan yang bercerita tentang pengalamannya ketika liburan di Indonesia. Pada masa itu sedang trendnya memakai xtc, yang katanya salah satu sumbernya adalah Belanda.

Ketika kenalan saya ini, sebutlah si A, pulang kampung ke Menado, saudaranya bertanya apa dia membawa xtc. Biar bertahun-tahun tinggal di 'kandang'nya Xtc, tapi A ngga pernah memakainya, apalagi membawanya ke Indonesia. Tapi rupanya saudaranya tidak percaya.

Suatu hari mereka pergi ke disko bersama. Di sana saudaranya langsung sibuk godek² karena pengaruh xtc lokal. Setelah beberapa lama, A -sambil seperti biasa membawa botol aquanya- pergi ke toilet. Rupanya, botol aqua merupakan 'tanda' pemakai xtc. Maka tak lama kemudian ia didekati dealer xtc. Dasar A iseng, dibelinyalah beberapa butir xtc sebelum kembali ke lantai disko. Kemudian, pil² itu diberikan ke saudaranya yang menerimanya dengan antusias.

Tak lama setelah 'menikmati' pil dari A, saudaranya komentar,"Memang beda ya xtc dari Belanda dengan yang lokal".


ps: Kenapa ya kalau di Indonesia efeknya orang jadi godek²? Sementara disini bisa macam², ada yg nyanyi, ada yg goyang abis. Apa tergantung persepsi yang memakai ya??
pps: sekarang sudah beredar xtc liquid yang sudah memakan korban paling tidak 1 orang mati di Ibiza.

Sunday, August 14, 2005

Narkoba di Belanda

kanabis


Belanda cukup terkenal dengan drug policy-nya yang lumayan relaks dibanding negara lain. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa bila suatu masalah tidak dapat dihentikan, maka sebaiknya masalah itu dikontrol karena sudah jelas tidak mungkin menghentikannya. Selain itu di negara yang menjunjung tinggi kebebasan individu ini, penggunaan narkoba dianggap sebagai pilihan pribadi selama tidak merugikan orang lain. Jadi sah² saja bila ingin merusak diri sendiri, tapi tetap harus bertanggung jawab atas konsekuensi tindakannya.

Dalam peraturan narkoba yang berlaku sejak tahun 1976 ini, pemakaian narkoba dianggap sebagai masalah kesehatan - bukan kriminal, dan dilakukan pemisahan antara hard drugs (heroin, kokain, XTC, LSD) dan soft drugs (hashish dan mariyuana) yang didasari oleh perbedaan tingkat ketagihannya (psikologis vs. fisik). Pemisahan ini dilakukan untuk mencegah mereka yang ingin mengkonsumsi soft drugs untuk terlibat hard drugs yang ilegal, sehingga kriminalitas diharapkan menurun.

Bila hard drugs itu ilegal, maka softdrugs ditolerir atau berlaku yang namanya gedoogbeleid. Jadi, pemilikan 30gr soft drugs untuk konsumsi pribadi bukanlah tindak kriminal di negara ini, begitu juga pemilikan 5 pohon kanabis per orang. Tapi penjualan wholesale, eksport-import serta produksi soft drugs tetap merupakan hal yang melanggar hukum.

Untuk mendapatkan ganja amatlah mudah, cukup pergi ke coffeeshop yang bertebaran dimana-mana. Coffeshop ini bukan cafe biasa, tapi tempat dimana orang dapat menjual softdrugs secara legal. Darimana mereka memperoleh dagangannya itu urusan lain lagi. Selama soft drugs dikonsumsi disana dan tidak mengganggu orang, biasanya tidak ada masalah. Tapi bila akibat konsumsi itu kita melakukan pelanggaran hukum, sama seperti bila orang menabrak karena pengaruh alkohol, tentu saja dikenai ganjarannya.

Coffeeshop sendiri harus mengikuti aturan bila masih mau beroperasi. Mereka tidak boleh mengiklankan barang yang dijual, tidak menjual hard drugs, tidak menimbulkan keonaran, tidak menjual ke anak dibawah 18 tahun, serta tidak menjual dalam jumlah yang besar.

Selain coffeshop, ada juga tempat distribusi narkoba, dimana baik hard drugs maupun soft drugs dijual yang dibawah pengawasan polisi setempat seperti di Gereja Pauluskerk di Rotterdam yang menampung pecandu narkoba dimalam hari.

Peraturan Narkoba Belanda yang lain daripada yang lain ini sering kali dijadikan kambing hitam bila berhubungan dengan drug tourism, terutama oleh pemerintah Prancis, Belgia serta Jerman. Fenomena ini biasanya terjadi diakhir minggu, dimana turis dari negara² di sekitar Belanda berkunjung ke Belanda untuk membeli Narkoba. Seringkali mereka mencuri kendaraan di negara asal untuk pergi ke Belanda. Sesampainya di tujuan pun biasanya mereka juga membuat onar.

Sebetulnya, kalau mau jujur, efek peraturan ini tidak membuat semua orang Belanda jadi mengkonsumsi narkoba. Baik jumlah kejahatan yang berkaitan dengan narkoba (pencurian, pembunuhan), maupun jumlah pecandu narkoba jauh lebih sedikit di Belanda dibandingkan di negara yang melarang adanya narkoba. Jumlah penderita HIV yang berhubungan dengan pemakaian narkoba juga lebih sedikit, begitu juga jumlah kematian karena overdosis.

Saturday, August 13, 2005

Permintaan Maaf Belanda

Handshake

Setiap tahun di bulan Agustus pasti banyak media yang mengulas tentang sekitar hari Kemerdekaan Indonesia. Hari ini adalah kali ke-tiga saya membaca berita tentang 'permintaan maaf Belanda terhadap Indonesia'. Pertama kali tahun 1995 ketika Ratu Beatrix berkunjung ke Indonesia. Saat itu Ratu ingin mengajukan permintaan maaf atas politionele acties yang dilakukan Belanda antara tahun 1945 dan 1949. Tapi PM Belanda saat itu, Wim Kok, melarangnya karena takut akan ada protes dari veteran Belanda.

Kemudian saya mendengar Gus Dur ketika masih menjadi Presiden RI berujar bahwa permintaan maaf itu tidak perlu.

Berita hari ini dimuat di koran De Telegraaf, isinya pernyataan Mentri Luar Negeri Hassan Wirajuda bahwa pemerintah Indonesia tidak pernah meminta permintaan maaf. Menurutnya hal ini bukanlah subjek yang penting di Indonesia. Katanya tidak banyak orang Indonesia yang mempermasalahkan masalah ini.

Saya sendiri tidak merasa perlu, tapi karena praktis seringkali saya mendengar ucapan orang bahwa Belanda tidak pernah meminta maaf, saya jadi berpikir mungkin tidak ada salahnya mereka minta maaf. Biarpun kita tidak pernah meminta, apa salahnya sih menerima permintaan maaf orang? Mungkin dengan itu bangsa Indonesia jadi lebih percaya diri, tidak seperti sekarang yang menurut saya seringkali masih seperti bangsa yang terjajah, entah oleh siapa.

ps: Tahun ini untuk pertama kalinya ada wakil pemerintah Belanda hadir dalam perayaan 17 Agustus di Indonesia. Mentri Luar Negeri Ben Bot sendiri 60 tahun yang lalu berada di Jakarta, di kamp Internering (wanita dan anak²) Cideng.

Thursday, August 04, 2005

Hijau telur bebek

Telur asin

+ Tadi masih ngecat?
- Nope, udah kelar dari kemarin dan aku suka warnanya yang aku campur sendiri
+ Jadi warnanya apa? Biru?
- Hmm, kayak ice cream mint
+ Ijo?
- Ngga juga sih, rada biru
+ Merah? *sambil ketawa jail*
- Kog merah sih?? Itu lho.. kayak telur bebek
+ Hahahahahaha, this is the first time we have cultural differences, aku ngga tau warna telur bebek itu kayak apa
- Ya kan kamu suka ngeliatin bebek, masa ngga pernah liat telurnya?
+ uh uh, ngga pernah ada bebek bertelur di depan ku
- Ya udah, nanti kalau liat dindingku kamu tau warna telur bebek :)

update: setelah diliat menurutnya itu warna namanya 'duck blue', serah deh mau dikasih judul apa

Friday, July 22, 2005

The Ugliest & The Most Good Looking Guy in the World

 The ugliest man Photo Europics

Today I found an article of 'the ugliest man in the world'. Apparently this rich Croatian lawyer was not able to find anyone who wants to marry him. He proposed to 5000 women and every single one of them rejected him



Yesterday Wina sent me an email with a picture of allegedly the winner of 'world most good looking guy' contest. I don't know who he is, or who gave him the title. I only know one thing: he's so yummy.
yummy

Tomorrow, I hope someone can tell me the identity of the most good looking guy :)

Wednesday, July 20, 2005

Between Brain and Breast

I was browsing when I read: 'Breast implants could ease depression'. Well, that's something new & very interesting. I was wondering what was the connection between breast and depression. So, I cut & paste the link, gave it to my friend thru YM. After reading the article, I realized that it was an article about BRAIN implants, which is more logical choice, instead of BREAST implants. Somehow my friend initially thought it was about breast implant, too.

I guess, we tended to jump to quickly into conclusion after a glimpse of something.

Monday, July 11, 2005

Idiot's guide to sex is needed in China

According to Xinhua news agency, the Chinese are more ignorant about sex than any other subject. This survey result is quite alarming, since it includes those who have higher education.

I am not so sure how ignorant the Chinese are, but apparently in this age there are people in China who believe that people could only enjoy a normal sex life until the age of 25! Maybe they could start by browsing manuals, information on HIV/AIDS, or even start reading those female magazines, such as Cosmo, Redbook, which are full of tips on that subject.

Wednesday, July 06, 2005

Cheburashka

Cheburashka
Saya mengenal karakter imut ini baru beberapa minggu. Awalnya ketika sedang ngobrol tentang dunia animasi. Boleh dibilang Cheburashka ini dikenal oleh seluruh warga (ex) Uni Sovyet dan bisa jadi juga oleh sebagian warga blok Timur.

Hasil karya Eduard Uspensky tahun 1977 ini digambarkan sebagai binatang Tropis yang tidak jelas gender maupun speciesnya. Namanya berasalkan dari istilah colloqial Rusia Cheburahnulsya (= tumbled). Bagaimana ngga mau terjungkir-jungkir, liat saja kupingnya yg ngga mau kalah dengan kuping Dumbo! Saya saja masih bingung koq bisa berdiri ya.

Si imut ini dalam ceritanya yg di produksi oleh Soyuzmultfilm berkelana bersama buaya bernama Gena yang bisa bermain akordeon, mereka berdua memiliki musuh seorang ibu² penyihir bernama Shapoklyak sesuai dengan topi yang selalu dipakainya.

Rupanya, setelah jatuhnya Uni Sovyet, ketenaran Cheburashka ini juga sampai ke Jepang. Hanya bedanya, di Jepang penggemarnya biasanya gadis² sampai perempuan berusia sekitar 25 tahun, bukan anak² seperti di Uni Sovyet dulu. Tahun 2004 lalu, Kontingen Rusia menggunakan Cheburashka sebagai maskot mereka di Olympiade Yunani.

update April 26, 2009: video dalam bahasa Jepang

Tuesday, July 05, 2005

NASA spacecraft is altering horoscope

The 'impactor' in sight of its target     Image credit: Maas Digital

Last night I heard about this funny story about an astrologer in Russia who sues NASA. It was one of the headline in a Russian News site and Reuters picked the story up today.

According to the astrologer, the DEEP IMPACT mission altered her horoscope by crashing the Temple 1 comet. She is suing NASA for $300million.

I know some people can do anything to get famous, but this one is really unbelievable :)

Monday, July 04, 2005

Buku Self-Help vs Sukses

Kalau masuk ke toko buku, terutama di Amerika, kayaknya lemari bagian selfhelp itu banyak banget deh isinya. Dari buku "How to's", seri "Rich dad poor dad", "X habits of something", "X Intellegence" gitu sampai model 'Girl guide for X'. You name it, they published it. Kayaknya imbasnya juga sampai ke tanah air. Sering saya lihat di milis2 orang menyitat atau menyebutkan buku2 selfhelp ini. Ya mungkin ngga ada salahnya dibaca, sebagai masukan. Namanya juga usaha memperluas cakrawala. Toch?

Tapi tampaknya, banyak yang termakan janji indah selfhelp. Sampai di Kompas terbitan hari Minggu ada surat yang bertanya, mengapa setelah membaca banyak buku selfhelp ia masih tidak sukses juga. Padahal, kata si penanya, kalau membaca buku seperti itu, dan menghayatinya seharusnya akan terjadi perubahan dalam diri si pembaca. Tapi kenapa ia masih tidak sukses?

Terus terang saya jarang membaca buku selfhelp, apalagi bacaan saya akhir2 ini cenderung non fiksi yang isinya lebih kearah science. Itu pun kalau membacanya kadang sambil ngomel, kalau menurut saya ngga logis:) Pernah saya membaca sedikit bagian dari seri "Rich dad poor dad" milik teman saya (ketika saya sedang ke rumahnya), yang menurut saya lumayan lah kalau tidak punya latar belakang ekonomi. Buku itu seperti introduksi ekonomi dengan bahasa rakyat. Tapi apa saya terus tertarik membelinya? TIDAK. Apa lagi untuk membeli boardgame-nya yang seharga $150 itu. Dalam pikiran saya, justru kalau sudah membaca buku itu harusnya malah tidak membuang uang sebesar itu hanya untuk sebuah boardgame!

Menurut saya, selfhelp itu sukses koq.. buktinya yang nulis jadi kaya:) Entahlah seberapa banyak yang membaca buku mereka menjadi lebih baik/sukses/bahagia atau tidak. Adakah di antara kalian yang sukses mengikuti buku selfhelp?

Sunday, June 26, 2005

Di tangga berjalan

Yang namanya orang asosial tuh ada di mana mana. Contohnya tadi siang. Saya sedang berusaha mengejar kereta yang dalam 1 menit akan berangkat. Berhubung peronnya ada di atas, saya punya pilihan untuk naik tangga, atau lari di tangga berjalan. Survey membuktikan bahwa lari di tangga berjalan lebih cepat sampai ke atas daripada naik tangga. Jadi saya pun naik tangga berjalan dengan cita-cita lari ke atas. Sayangnya ada satu keluarga Belanda yang memblokir seluruh bagian tangga berjalan. Padahal, yang namanya ikon bahwa salah satu sisi harus dibiarkan bebas untuk mereka yang tergesa-gesa, seperti saya saat itu, ada disisi tangga berjalan. Memang rata-rata orang Belanda itu tidak seperti orang di London yang tertib berdiri disatu sisi, sementara sisi satunya disediakan untuk mereka yang sedang bergegas.

Setelah dua kali minta jalan, akhirnya mereka mulai bergerak sedikit, sedikit sekali sampai saya yg selembar papan ini masih tidak bisa lewat! Sayangnya pintu kereta segera tertutup dan tak lama kereta pun melaju. Pada saat itu rasanya kesal, tapi mau bagaimana pasrah saja untuk mengambil kereta berikutnya 15 menit kemudian. Siapa tau seperti film Sliding Door ada hikmahnya ketinggalan kereta.

Yang bikin saya jadi marah adalah si ibu yang memblokir tangga berjalan dengan sinisnya berujar, "kalau mau cepat ya naik tangga". Sebuah 'advis' yang bodoh, dan tidak diminta. Aduh, asli rasanya antara mau nonjok atau mau nyumpahin dia. Saya cuma melototin dia aja dan jalan ke peron dengan gondoknya. Abis, pinter banget deh, gara-gara dia juga kan ngga keuber naik keretanya. Coba ya, kalau bikin susah orang ngga usah bikin komentar yang nambahin kesel.