Tuesday, May 09, 2006

Check Out My Breasts!

This is how you check your breastsBack in September I found a lump in my right breast while doing my own breasts check. It was scary! I went to the GP as soon as possible, mind you, My GP only do two morning sessions a week without appointment, the rest of the week are appointment only.

After an examination, I was told to go back within a month. So, I thought it was nothing. There is no history of breast cancer in my family, my risks are small and I knew the statistic of breast cancer, most of the cases involve women above 50 years old. Then I talked to my colleagues and Sandra was adamant that I have to be careful about it because in her experience it was also harmless at the first time around she found a lump. However, last year she found another lump (I believe it was for the 3rd time), it was cancerous and was removed immediately. That's not something I want to hear.

One month past, I went back to the GP as the lump still there and it almost always hurts. Those who know me understand when I said I am in pain; I 'm not kidding or looking for attention. I am used to pain, my pain level is quite high. So, I don't normally complaint about pain unless it really bothers me. He said the pain is a good sign; it is rarely cancerous, it is probably just fibrocystic change. Well, it's easy for him to say, he's not the one having pain in his breast, is he? Anyhow, I was told to wait three months to see the progress.

Last January I went back to his office on a Friday, and after another examination he made me an appointment with... Mammae (Breasts) Clinic for Monday! He said he just wants to make sure. The thing is, most of the time in Holland it takes ages to get an appointment with the hospital, except if you are an urgent case. It took me 2 months just to get an appointment to do CT scan a couple of years ago. So, an appointment for next Monday was unnerving to say the least!

By Sunday evening I was getting anxious, so I searched Mayo clinic to read about what kind of things they are going to do with me on the next day and what I can expect from the result. Bad idea. Bad, bad idea. I freaked out. At first I thought I was going to the clinic by myself just like I always did, but by that time I was starting calling out my friends. Most of them were either unreachable or already got something planned. At the end U said he would swing by the hospital after his interview. Fine. I am not afraid about the mammography or the USG, but I need someone with me during the consultation, in case I am getting some bad news.

In the morning I was surprisingly calm and went to the hospital alone. First I met this nurse to do the intake interview and a physical exam, and she drew the area of the lump on my breast. Then, I was sent to the Radiology department. While waiting for my turn, I called U to tell him that he didn't have to come by, as I was my-old-self by then. First I did the mammograms. You know, I bet the inventor of mammograph is a guy, because most of the time guys won’t need to do mammograms. Boy, it hurts. First, the nurse had to positioned my breast in a certain way and then pressed it like when you make a waffle to take the x-ray. I don’t know how they do it with guys (yes, there are men who got breast cancer) or women with not much flesh up there; I think some pulling (ouch!) of the breasts is required.

Then came the USG, it was a walk in a park compared to the mammo. The only discomfort was the cold gel the doctor was using. After getting the result from the radiologist, I met my surgeon. A female doctor who once worked at Cikini hospital back in the 80's for a couple of months. The verdict was: a cyst, a fluid-filled sac about 1 cm³. Nothing to worry about. But I still have to go back in 3 months for check up.

In the end, (both Sandra's and) my story ended up well. But there are many other stories that ended up in tears. Therefore I urge you, male and female readers, to go to that site, and learn to check out your own breasts before it was too late.

Wednesday, May 03, 2006

Tak kukira...

Saya pernah mendengar dari salah satu paman saya bagaimana ketika beliau sedang berada di salah satu restauran di hotel berbintang di Jakarta didekati perempuan² berseragam putih abu². Mereka minta ditraktir makan. Koq ngga malu ya, minta traktir oom² yang tidak dikenal?

Saya juga pernah mendengar cerita kenalan saya, lelaki setengah baya, yang didekati dua perempuan muda di Plaza Indonesia yang berakhir di kamar hotelnya selama akhir minggu, bertiga. Entah itu bualan kenalan saya saja atau benar² terjadi.

Tentunya kejadian seperti ini banyak terjadi, dimana-mana. Tapi jika kemudian orang berpikiran negatif setiap melihat perempuan muda dengan lelaki yang lebih tua, tidak tepat juga.

Saya ingat ketika mampir di A&W Sabang bersama suami sepupu saya sebelum saya pergi ke sekolah dan ia pergi ke kantor siang itu. Di pojokan lantai atas A&W duduk sekelompok murid SMA 25, jl A.M. Sangaji yang tampaknya sedang bolos. Saya tau mereka membicarakan kami berdua dengan konotasi negatif, lengkap dengan pandangan² yang tau sendiri lah seperti apa.

Saya ingat ketika saya berjalan dengan suami tante saya yang bule berambut putih dan anak mereka yang masih kecil. Dikiranya saya istrinya :)

Herannya, ketika saya jalan dengan pria yang (beberapa tahun) lebih muda, tidak ada tatapan aneh. Dikira pacaran sih iya.

Aneh...

Monday, May 01, 2006

Tak kuduga...

When dealing with people, remember you are not dealing with creatures of logic, but with creatures of emotion, creatures bristling with prejudice, and motivated by pride and vanity.
Dale Carnegie


Sering saya dengar komentar negatif atau pandangan negatif bila orang melihat perempuan Asia bergandengan tangan dengan pria kulit putih, apalagi bila beda umurnya jauh. Jujur saja, saya sendiri pernah melayangkan tatapan heran ketika berpapasan dengan wanita belia Asia yang bergandengan mesra dengan pria bule tua yang lebih pantas jadi ayah, bahkan kakeknya. Koq bisa ya? Apa yang mereka omongin ya (terlebih bila saya tau kemampuan komunikasi keduanya terbatas)? Itu yang ada di pikiran saya. Terlepas dari motivasi keduanya, bagi saya itu urusan mereka. Toch mereka tidak merugikan saya.

Saya juga pernah menjadi 'korban' pandangan negatif itu. Mungkin juga pernah menjadi korban komentar negatif, tapi paling tidak saya belum mendengarnya langsung :)

Ceritanya saat liburan menanti hasil penerimaan universitas, saya beserta ibu, kakek, nenek, serta oom dan tante saya menginap semalam di Pelabuhan Ratu. Di hotel Indonesia tepatnya. Malam itu, setelah makan malam, kakek saya, yang saat itu sudah berusia 70 tahun lebih itu, penasaran seperti apa disco dari dalam. Mungkin karena sering dengar cerita anak, cucunya, jadi ingin tau juga apa sih itu. Untungnya di hotel tersebut ada disco yang kebetulan malam itu buka. Maka pergilah kami berlima, kecuali oom saya yang masih ada kerjaan, ke disco! Coba, berapa diantara kalian pernah mengalami ke disco bersama nenek & kakeknya?

Baru sepuluh menit kami di sana, kakek saya sudah tidak tahan dengan lampu dan bisingnya lagu yang diputar. Padahal kakek saya sudah punya masalah dengan pendengaran lho! Jadi kami pun keluar dan mengantar nenek dan kakek kembali ke kamar mereka sebelum balik lagi ke disco:D

Berhubung ibu dan tante saya 'turun' berdua, daripada saya di'tawar' karena duduk sendiri, akhirnya saya ikutan turun ke lantai disco juga walaupun saat itu lagunya ngga jelas. Awalnya sih saya asyik sendiri di sebelah ibu dan tante, lama² ada bule muda yang tadinya joget sendiri dibelakang tante saya mulai mendekat. Akhirnya asyik deh kita berdua joget seenak hati mengikuti irama tanpa pernah bertukar kata. Tidak satu katapun. Bahasa tubuh itu universal! ;)

Tapi lagi asyik²nya, koq rasanya ada yang ngeliatin ya... Saya tengok ke kiri. Uh! Itu pandangan... tajam, menghujam dari seorang perempuan yang sedang joget bersama teman (?) prianya. Berhubung saya tidak merasa salah, ya saya cuek aja. Tapi tiap kali menoleh ke kiri, lagi² tatapan bermakna itu mendarat dari dia. Terlebih ketika musik berhenti dan saya beserta si bule itu minggir. Padahal komunikasi diantara kami cuma 'thanks', dan saya langsung mencari ibu dan tante saya yang sudah duduk untuk mengajak kembali ke kamar.

Paginya, saya menemani kakek saya keliling hotel, dan seperti biasa kami gandengan. Tak dinyana, saat sedang gandengan dengan kakek tercinta di lift, perempuan itu masuk ke lift yang sama. Kembali pandangan penuh tuduhan itu mendarat. Bahkan lebih ganas daripada malamnya. Saya malah kumat isengnya, jadi semakin nempel mesra! Dari pandangannya seakan² ia menuduh saya saat si kakek tidur, cari sampingan dengan bule. Pokoknya lebih ancur daripada cuma dengan bule deh. :D

Rupanya, pertemuan dengan perempuan itu masih harus terjadi lagi. Untungnya, kali ini ketika kami akan meninggalkan hotel, dan terjadi di lift lagi. Bedanya kali ini ada seluruh keluarga saya yang sedang bercanda tentang pengalaman di disco ketika ia masuk ke dalam lift. Sampai sekarang saya masih ingat raut kaget bercampur malunya dia.

ah.. tatapan itu...