Friday, September 17, 2004

Vitamin dan resikonya

Menurut program Horizonnya BBC semalam, minum vitamin tambahan (Supplement) tidak selamanya tanpa resiko. Industri vitamin yang bernilai jutaan dolar saat ini diawali oleh kepercayaan dari seorang pemenang Nobel, Linus Pauling , di tahun 60-an. Menurut ahli kimia ini pengunaan vitamin C dosis tinggi dapat mencegah badan terjangkit selesma.

Ternyata, menurut penelitian Balz Frei dari Linus Pauling Institute di Amerika Serikat hal ini tidak terbukti. Vitamin C dosis tinggi tidak dapat mencegah terserang selesma. Tapi, dapat mempersingkat lamanya selesma sebanyak 20% bila diberikan pada awal masa terjangkit.

Salah satu efek dari vitamin A,C, dan E adalah kerjanya sebagai anti oksidan yang memerangi radikal bebas dalam tubuh. Hal ini oleh industri Farmasi dijadikan salah satu kampanye menjual produknya. Tapi apakah penggunaan vitamin, terutama dengan dosis tinggi, tersebut tidak ada efek sampingannya?

Salah satu studi yang dilakukan oleh Linus Pauling Institute menemukan bahwa pengunaan vitamin E sebelum makan tidak ada artinya. Vitamin tersebut tidak terserap dalam tubuh. Penelitian ini kemudian direplikasi oleh Frank Kelly dari King's College, Inggris. Subyek meminum vitamin E dengan tiga macam cairan yang berbeda, air, susu full fat, milkshake dengan 40% lemak. Hasilnya diluar dugaan. Ternyata penyerapan tubuh atas vitamin E dengan ketiga cairan tersebut hampir sama jumlahnya. Ternyata, Penelitian pertama menggunakan kapsul vitamin E yang khusus yang tidak ada lemaknya, sementara pada penelitian Kelly digunakan vitamin E yg dijual dipasaran yg diimbuhi sedikit lemak dalam kapsulnya. Sayangnya penelitian Kelly hanya menggunakan subyek yang amat sedikit dan hanya menggunakan satu jenis vitamin E sehingga hasilnya tidak dapat dijadikan pegangan. Namun dari kedua penelitian ini dapat disimpulkan, bila anda ingin mengkonsumsi vitamin E sebaiknya dilakukan bersama dengan sedikit lemak agar tidak percuma.

Bagaimana dengan vitamin A yang didengungkan baik untuk kulit, serta dapat mengurangi kanker paru paru?

Salah satu jenis suplemen vitamin A yang banyak dijual berbentuk betakarotin yang dipercaya mampu mengurangi resiko kanker paru-paru. D. Albanus melakukan penelitian efek betakarotin pada perokok selama delapan tahun. Subyek penelitian ini mengkonsumsi satu capsul betakarotin yang isi setara dengan 6 wortel tiap hari. Ternyata, dari populasi ini terjadi kenaikan resiko kanker paru-paru sebanyak 18% sehingga akhirnya penelitian ini dihentikan sebelum masa studi berakhir.

Delapan belas bulan kemudian penelitian sejenis yang lain juga dihentikan karena adanya kenaikan sebanyak 28% resiko kanker paru-paru. Akhirnya tahun 2003 keluar anjuran bagi perokok untuk tidak mengkonsumsi betakarotin, bagi non perokok dianjurkan mengurangi konsumsi betakarotin suplemen.

Jenis vitamin A lain yang ada di pasaran bernama Retinol. Mereka yang percara akan penggunaan vitamin berdosis tinggi mengganjurkan penggunakan retinol sampai 3 kali jumlah yang dianjurkan per hari. Ternyata menurut R. Goldin konsumsi sebanyak ini dapat menyebabkan kerusakan hati pada manusia.

Penelitian di Swedia juga menunjukkan bahaya konsumsi vitamin A (retinol) yang terlalu banyak. Secara kultural, masyarakat Swedia terbiasa mengkonsumsi makanan yang kaya kalsium, dan makanan yang kaya vitamin A seperti ikan, minyak ikan, dan susunya pun diperkaya dengan vitamin A. Ternyata, jumlah penderita osteoporosis (kerapuhan tulang) di negara ini termasuk tinggi.
Dalam studi pola makanan dengan 66000 subyek wanita berusia diatas 40 tahun ditemukan bahwa konsumsi jangka panjang vitamin A dalam jumlah kecil (1500 mikrogram) pun yg dapat dicapai dari konsumsi makanan sehari hari pun dapat menyebabkan turunnya kepadatan tulang sebanyak 10 % dan kenaikan resiko patah tulang pinggul sebanyak 2 kali lipat.

Hasil serupa juga ditemui pada subyek pria.

Menurut A. Renick salah seorang ahli keamanan vitamin, penggunaan vitamin A lebih dari 1500 mikrogram sehari tidak dianjurkan.

Dari sini dapat disimpulkan, bahwa vitamin yang kita perlukan untuk berfungsi optimal setiap hari ternyata tidak selamanya tidak beresiko. Sebaiknya pemasukan vitamin didapatkan dari makanan bernutrisi yang dikonsumsi setiap hari. Bila masih ingin mengkonsumsi suplemen vitamin, lakukan dibawah pengawasan dokter anda.

1 comment:

Anonymous said...

wah, ngga nyangka