Saturday, February 25, 2006

From the Producer of Brokeback Mountain

A touching story about love...

Ha ha ha America

This one is an interesting but rather long video and was featured at the Sundance Festival 2006. Directed by Jon Daniel Ligon about China V America



you can also watch it here

Thursday, February 23, 2006

I'm going to hell for this...

.. but I can't resist to post the link to the best Blonde joke.. ever.

Go, check it out at Ben Hammersley's site

Ladies, this is the reason...

... why you shouldn't gave that XBOX to your man



Video of the Australian comic group Tripod.

Wednesday, February 08, 2006

Word of the week 6

Sadhu in Pali means: Well Said, Well done; we agree

Thus, in reply to: 'Bhavatu sabba mangalam', I said: 'sadhu'

Sunday, February 05, 2006

IFFR 2006

La leyenda del Tiempo (The Legend of Time)
Film yang disutradarai oleh Isaki Lacuesta ini sedang world premiere di IFFR. Ceritanya tentang Isra anak Gypsi berusia 13 tahun yang baru saja kehilangan ayahnya serta Makiko perawat Jepang yang melanglang buana ke pulau San Fernando, di lepas pantai Cadiz, Spanyol. Yang menyatukan kedua anak manusia ini adalah Camarón de la Isla, penyanyi Flamenco terbaik yang telah tiada sekitar 12 tahun lalu karena kanker yang dideritanya dan seorang pelaut Jepang yang menjadi juru masak di restoran Cina. Bagian awal film menceritakan tentang suara Isra, yang indah tapi sesuai dengan tradisi duka Gypsi tidak boleh bernyanyi. Diceritakan bagaimana hidup Isra selama setahun setelah ayahnya tiada, saat ia mulai jatuh cinta pada teman kakaknya. Selain itu masalah yang ia hadapi dengan kakaknya yang julingnya ngga konsisten. Kadang yg kiri yang juling, kadang yang kanan, koq bisa ya? :) Mungkin bila ia bisa menumpahkan perasaannya dengan bernyanyi seperti Camarón, ia tidak perlu bereksperimen dengan ganja seperti dilukiskan dibagian akhir cerita. Berikutnya giliran kisah Makiko yang tidak punya talen bernyanyi tapi ingin bisa bernyanyi seperti Camarón. Ia meninggalkan ayahnya yang sakit dan pekerjaannya sebagai perawat di Jepang. Di San Fernando ia bekerja di restoran Cina sambil belajar ritme Flamenco dari adik Camarón sampai beberapa saat setelah ayahnya meninggal. Film sepanjang 109 menit ini menurut saya biasa saja, bagian tentang Ista bahkan cenderung bertele-tele untungnya soundtracknya bagus. Satu hal yg bikin geregetan, giginya Makiko perlu dikawatin! Heran, kenapa Jepang² kaya, bisa beli tas Louis Vitton tapi ngga investasi betulin gigi sih? Merusak penampilan banget kalo buka mulut.

Solntse (The Sun)
Ini merupakan film terakhir dari trilogi mengenai pemimpin dunia karya Aleksandr Sokurov yang juga beken lewat Russian Ark. Bagian pertama dari Trilogi ini, Moloch, berkisah tentang Hitler; sementara film keduanya, Telet (Taurus)menceritakan hari² terakhir Lenin; Solntse sendiri mengetengahkan Kaisar Hirohito menjelang ia 'turun' pamor dari dewa menjadi manusia biasa. Sepanjang film Ogata Issey yang memerankan Hirohito selalu melakukan gerakan mulut seperti mulut ikan saat ia tidak bicara, yang sepanjang ingatan saya tidak pernah saya lihat di film dokumentasi tentang sang Kaisar. Mungkin maksudnya membuat karikatur Hirohito tapi jadinya malah membuat saya jengkel melihatnya. Sama halnya dengan lemahnya akting Robert Dawson yang memerankan mcArthur dan orang² Rusia yang menjadi GI Amerika.

Gie
Film Indonesia karya Riri Riza yang katanya jadi wakil Indonesia ke Oscar. Satu²nya yang saya suka hanya quote dibagian akhir tentang 'berbahagialah mereka yang mati muda'. Terus terang sebelumnya selain Gie adalah adik dari Arief Budiman, saya tidak tau apa² tentang dia. Film ini menurut saya kepanjangan dan monoton. Skenarionya lemah, mungkin kalau ditulis oleh orang lain hasilnya bisa lebih ada grengnya. Detailnya juga sering mengganggu, misalnya profil muka Han kecil dan besar yang tanpa operasi Orthognathic ngga mungkin sejauh itu, sampai membuat saya harus berpikir saat pertama kali melihat Han dewasa: siapakah dia? Guru/Romo di Canisius yang berbaju putih, seingat saya pastoor Jesuit bajunya hitam. Bagaimana di Salemba bisa jauh lebih banyak anak Sastra yg saat itu kuliahnya di Rawamangun juga buat saya janggal. Saya bisa menerima kalau lebih banyak anak tehnik, anak Ekonomi di Salemba, tapi tidak anak sastra. Kostum yang dipakai juga seringkali terlalu modern, begitu juga pemakaian bahasanya. Sepanjang yang saya tau 'gue dan lu' itu baru banyak dipakai setelah tahun 80-an, apa saya salah?
Di sisi lain, film ini membawa nostalgia juga sih, jaman masih suka keluyuran ke FSUI Rawamangun tahun 80-an, di Salemba tahun 90-an. Sayangnya CC sejak 90-an akhir gedungnya berubah sih, padahal sebelum itu masih lebih sesuai dengan foto2 CC tahun 60-an.

Mòj Nikifor (My Nikifor)
Film sepanjang 100 menit karya Krzysztof Krauze ini mengisahkan tentang persahabatan antara Marian Wlosinski dan Nikifor, yang bernama asli Epifaniusz Drowniak, sekitar tahun 60-an. Nikifor merupakan seorang pelukis naif (naive painting)yang terkenal di Amerika tapi selama hidupnya ia kesulitan menjual hasil karyanya, sehingga ia harus meminta-minta. Di film ini, ia diperankan oleh Krystyna Feldman, seorang nenek (!) yang berusia 85tahun tapi masih aktif berakting di teater dan beberapa kali memperoleh penghargaan memerankan peran pria dalam kategori pria! Skenarionya kuat, cinematografinya pun indah. Jadi tidak heran film ini telah memenangkan banyak penghargaan.

Menurut kabar, bulan Juni nanti akan ada IFFR lagi tapi dalam skala kecil.

Berburu tiket IFFR 2006

Kemarin malam berakhirlah International Film Festival Rotterdam yang ke-35. Dari entah berapa puluh film yang ada saya hanya sempat menonton 4 film dalam dua akhir pekan dari sekian banyak judul film yang sebetulnya saya ingin lihat.

Pada tanggal 19 Januari dilansir jadwal tayang film selama festival. Saya lihat ada Gie dan 9 Dragons dari Indonesia. Esoknya saya mampir di IFFR untuk membuat Tigerpas karena niatnya saya mau nonton beberapa film yang bila kita memiliki pas tersebut jatuhnya lebih murah.

Sabtu tanggal 21 Januari lalu tiket mulai dijual di De Doelen sejak jam 9:00 pagi. Saya pikir Belanda kan biasanya susah bangun pagi kalau akhir pekan, maka saya sampai disana jam 10:30. Ternyata saya salah sangka dan mendapat nomer urut 896 saja! Kabarnya hari itu hanya ada 1400 nomor urut yang dibagi. Ketika saya cek, ternyata sampai saat itu baru 170 orang yang terlayani dengan kecepatan kira² 100 orang per-jam. Duh, artinya harus balik lagi sorenya. Saya memutuskan untuk keluyuran di kota. Saya menyusuri mulai daerah Pecinan di West Kruiskade, kemudian mampir ke rumah A.M. untuk menaruh titipan, dilanjutkan ketemu U dan menemaninya mencari kado sampai akhirnya nongkrong di cafe Dudok sampai jam setengah empat sore. Rasanya sudah capek, tapi saat sampai di De Doelen lagi, mereka baru melayani nomor urut lima ratus sekian. Hmm.. kemana lagi ya?

Balik lagi ke daerah Pecinan karena baru sadar harus nyariin Blue Band Indonesia dan bumbu Spekkoek untuk J yang pengen nyoba resep Lapis legit. Sayang semuanya tidak ada di toko Cina. Kebetulan ketika lewat praktek dokter akupunktur, si dokter dengan suksesnya menarik saya masuk dan saya bisa reflexologi gratis sembari nunggu ditemani teh hangat! Asyik kan? Jam 5 sore saya coba pergi ke Doelen lagi, teryata mereka sudah sampai nomor 950!!! Yah, alamat banyak film yang ngga kebagian deh. Betul saja, film pembuka, Brokeback Mountain, dan penutup, Good night and Good luck, sudah habis. Begitu juga Me and you and Everyone we know. Akhirnya saya kebagian tiket: La leyenda del Tiempo yang masuk nominasi Tiger awards, The Sun-nya Sokurov, Gie dan film Polandia yang telah menang banyak awards: My Nikifor.

Pada hari pertama festival saya masih berusaha mendapatkan tiket film karena semua reservation harus diambil 2 jam sebelum film pertama mulai, jadi ada kemungkinan tiket yang tadinya sudah habis akan ada lagi. Tapi memang bukan rejeki. Tetap aja semua habis yang mau saya tonton.

Thursday, February 02, 2006

There's hope after all...

Reading newspaper or watching the news can be draining. You read/see bad news everywhere and it can literally make you sick.

That's way it is such a refeshing to see a story about this guy who got his wallet back after 39 years! Yes, you heard it right: thirty nine years. And it is still complete with the $5 in cash and 8-cent worth of airmail stamps.

Apparently mr Schmitt left his wallet in a gas station. The owner kept the wallet hoping that mr Schmitt would come back and collect it, and that was back in 1967.

Wanita dan perkawinan

Ok, salah satu pertanyaan yang saya paling tidak ingin dengar adalah 'kapan nyusul?' Tentunya pertanyaan ini ada hubungannya dengan perkawinan bukan ketika ada kematian.

Anehnya, saya juga sering mendengar komentar dari mereka yang telah menikah baik pria maupun wanita untuk 'menikmati masa lajang'. Apa ini komentar dari mereka yang merasa terperangkap dalam perkawinan?

Kadang saya bertanya², apakah dengan menikah seorang wanita posisinya akan selalu menjadi lebih baik? Saya rasa tidak, karena perkawinan itu seperti membeli lotere, kalau untung ya mendapat pasangan yang pas, kalau buntung ya... tau sendiri lah.

Menurut penelitian, pria yang menikah berumur lebih panjang dan lebih sehat dari mereka yang tidak menikah. Tapi rupanya hal ini tidak selamanya berlaku pada wanita.

Di edisi terakhir Archives of General Psychiatry, Dr. Janice Kiecolt-Glaser et al dari Ohio State University mempublikasinya hasil studinya tentang efek dari relasi terhadap kesehatan. Hasilnya, dalam relasi yang penuh gejolak produksi stress hormon pada wanita melonjak dan mempengaruhi imun tubuhnya lebih daripada pada pria. Mengapa demikian? Wanita cenderung lebih mengingat interaksi secara positif maupun negatif dalam relasi karena mereka lebih awas akan muatan emosianal suatu relasi. Sesuatu yang seringkali luput dari perhatian pria.

Penelitian dari University of Pittsburgh dan San Diego State University menunjukkan bahwa wanita yang tidak bahagia dalam perkawinannya memiliki kemungkinan tiga kali lebih tinggi untuk menderita sindrom metabolis yang nantinya dapat meningkatkan resiko penyakit jantung. Hanya janda yang ditinggal mati yang memiliki kemungkinan lebih buruk. Janda cerai dan mereka yang tidak menikah memiliki resiko kesehatan yang jauh lebih baik daripada istri² yang tidak bahagia ini.

Lalu bagaimana dengan mereka yang sudah terlanjur menikah? Tenang saja, selama pernikahan itu bahagia, maka kesehatannya pun akan baik karena mereka memiliki motivasi untuk melakukan hal² yang sehat. Bahkan, katanya jika relasi itu baik, wanita akan memperoleh keuntungan bila ia meluangkan waktunya untuk bersama² dengan pasangannya.

Jadi kesimpulannya, bila relasi anda tidak bahagia, jangan biarkan berlarut². Usahakan sejak dini untuk menanggulanginya bila tidak ingin sakit di kemudian hari.