Monday, October 17, 2005

Angin oh angin...

Saat nama bulan mengandung huruf 'R', biasanya kemungkinan saya terkena flu makin besar belum lagi yang namanya masuk angin. Apalagi badan saya selembar saja, dan angin di sini segede gajah. Ngga bohong. Saya suka terbawa angin walau tidak separah Mary Poppin.

Sempat saya rajin minta disuntik vaksin flu di dokter keluarga, tapi karena tidak termasuk golongan berisiko saya harus membayar sendiri biaya vaksinnya. Kadang kalau beruntung, prediksi ahli vaksinnya benar, jadi vaksinnya bekerja terhadap jenis virus flu tahun itu. Tapi kadang prediksinya salah juga, jadi biar telah divaksin tetap saja bisa kena flu. Asal tau saja, tiap tahun rupanya virus flu itu berubah² karena mengalami mutasi.

Di sini, orang terkena flu pun tidak diberi obat kecuali sudah ada infeksi bakteri juga. Jadi tidak diberi antibiotik untuk melawan flu. Mengapa demikian? Karena antibiotik TIDAK bekerja melawan virus, sementara flu atau influensa itu disebabkan oleh virus. Bila kita minum antibiotik, apalagi yang broadspectrum, maka bakteri didalam tubuh kita akan tewas. Padahal, tidak semua bakteri dalam tubuh itu tidak baik. Kadang saya bingung kalau di Indonesia masih saja orang yang hanya terkena flu diberi obat antibiotik, apalagi yang broadspectrum oleh dokter. Kalau ditanya ke dokter di tanah air mengapa mereka memberikan antibiotik, jawabannya seringkali karena di Indonesia tidak sebersih di luar jadi ada kemungkinan infeksi. Padahal kan harusnya memberikan antibiotik itu harus penuh pertimbangan, kalau sebentar-bentar dikasih antibiotik tanpa alasan yang jelas, kasian badannya juga karena komposisi flora di ususnya berubah.

Yang sulit kalau sedang masuk angin, yang di sini disebut koud vatten alias common cold. Kalaupun ke dokter, jawabannya hanya 'uitzieken', disuruh istirahat saja. Boro² dikasih obat, kalau dikasih pun hanya paracetamol yang sebetulnya tidak perlu resep.

Biasanya kalau masuk angin ringan saya minum wedang jahe atau yang sebangsanyalah, asal membuat badan hangat. Atau minum yang ada sodanya biar anginnya keluar. Tapi kalau sudah parah, biasanya saya sampai mual-mual. Ini amat sengsara, karena saya tidak bisa muntah. Nah, kalau sudah begitu mau tidak mau saya harus kerokan atau dikop terserah oleh siapa. Namanya juga sudah hampir tewas.

Rupanya, tradisi kerokan dan kop ini tidak hanya dikalangan Cina maupun Indonesia, tapi juga di Vietnam. Intinya sama, mereka percaya bahwa hawa (chi) dingin masuk ke tubuh dan harus dinetralkan dengan menghangatkan tubuh. Caranya selain kerokan dengan koin dan minyak hangat, bisa juga dengan dikop, dan ada beberapa cara lain.

Di kalangan medis Barat pun kebiasaan Asia ini mulai dikenal perlahan-lahan. Jangan heran, kalau setelah kerokan ke rumah sakit, tiba-tiba banyak yg merubung melihat bekas kerokan. Bisa juga terjadi orang tua dikira menyiksa anaknya sampai merah² dan dipanggilkan dinas sosial oleh perawat atau dokter yang tidak tau kebiasaan ini!

Kalau dipikir, menurut saya mendingan dikop, selain lebih tidak sakit dikulit, kemungkinan kulit luka juga lebih kecil dibandingkan dengan kerokan. Belum lagi kalau kerokan dengan coin yang tidak bersih, bisa kena infeksi. Saya sih sebetulnya selain punya alat kop juga punya alat untuk kerokan dari besi yang beli di Jogja yang pinggirnya tidak tajam. Walau demikian, bila alat itu dipakai untuk mengerok orang lain dan terluka, bisa saja saya tertular hepatitis misalnya. Kan ngga lucu, niatnya sembuh dari masuk angin malah kena hepatitis.

Bagaimana dengan jamu yang banyak iklannya itu? Sampai sekarang saya tidak pernah mencoba minum jamu²an untuk melawan masuk angin, karena isinya apa menurut saya tidak jelas. Lagipula, sekali-kalinya saya minum jamu supaya bisa gemuk ternyata setelah di cek di laboratorium FKUI, isinya ada testoteronnya. Ngga lagi² deh!

4 comments:

topan said...

la wong disini dokternya kerja sama dg tukang obat, ya pasti dikasih antibiotik.Kejar setoran.Yang paling parah lagi satu resep bisa ada 3 kombinasi Antibiotik, piye jal...?

afumado said...

beh, mbahas soal angin neh ? untung aku kalo masuk angin paling banter masuk wc sambil nyengir nyengir mencet perut. syukur syukur bisa dapet inspirasi baru. huehuehue..

loucee said...

"TOLAK ANGIN" dong, yu! ;)
gue kemaren baru dibawain nyokap lewat mbak muti... banyak beneerrrrrr!! bisa langsung buka warung di depan rumah.

mau tak kirim?

Pojok Hablay said...

padahal katanya secara medis gak ada tuh yang namanya masuk angin. bener gak sih ya?