World AIDS day
Setiap tanggal 1 Desember tiap tahunnya di peringati hari AIDS. Tahun ini untuk menyambut hari AIDS weekend lalu diadakan acara Dance4life di Belanda, Afrika Selatan, serta di Indonesia untuk mengumpulkan dana guna memerangi AIDS.
Alangkah kagetnya saya saat tau bahwa di Indonesia, biarpun jumlah kasus HIV/AIDS masih sedikit bila dibandingkan dengan di negara lain, pertumbuhannya termasuk yang tercepat di dunia! Tahun lalu diduga penambahan kasus HIV/AIDS sekitar 100 kasus baru per bulan. Bayangkan, 100 kasus per bulan, itupun yang ketauan, berapa yang tidak ketauan?? Jumlah terbanyak terjadi di Jakarta, terutama di kalangan pengguna obat terlarang, dan disusul oleh propinsi Papua. Sampai akhir September 2003 menurut site www1.rad.net.id/aids penderita HIV di Indonesia berjumlah 2.685 orang, sementara penderita AIDS berjumlah 1.239 orang.
Ternyata, berbeda dari anggapan masyarakat bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit mereka yg homoseksual, di Indonesia jumlah terbesar penderita penyakit ini adalah kaum heteroseksual yang jumlahnya lebih dari 15 kali lipat mereka yang homoseksual. Penyebarannya berkisar pada 48%, sementara dikalangan pengguna obat²an dengan injeksi sekitar 34% menurut laporan UNAIDS 2004. Bahkan menurut perkiraan UNAIDS, pengidap HIV/AIDS baik dewasa maupun anak² di Indonesia sekitar antara 53.000 sampai 180.000 orang dengan perbandingan 4.7:1 antara pria dan wanita.
Kalau melihat statistik seperti ini, tampaknya pendidikan kesehatan reproduksi di Indonesia masih kurang mengena, demikian juga pendidikan anti obat terlarang. Hanya saja saya masih merasa bahwa di Indonesia hal² seperti ini, walau kenyataannya berkata lain, masih dianggap tabu. Mungkin Indonesia harus belajar pada Belanda dalam menanggulangi masalah seperti ini. Ok, sebelum diprotes, perlu disebut juga bahwa biarpun pendekatan Belanda yang lebih ala 'safer sex or no sex' terhitung progresif, tidak ada salahnya dipelajari. Bukan apa² dibidang pendidikan kesehatan reproduksi hasilnya jauh lebih baik dibandingkan misalnya, Amerika Serikat yang pendekatannya agak mirip dengan pendekatan Indonesia yaitu amat sangat konservatif. Terutama sejak tahun 1996, di Amerika praktis pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah terbatas pada 'abstinance' alias tanpa seks. Hasilnya, jumlah remaja hamil per 1000 remaja putri di Amerika lebih dari sembilan kali lebih tinggi dari di Belanda, sementara persentase HIV/AIDS dikalangan anak muda Amerika tiga kali lebih tinggi daripada di Belanda. Tentang ini kapan² saya bahas lagi.
Sementara ini harapan saya semoga pemerintah dapat menemukan cara yang jitu sehingga laju percepatan HIV/AIDS di Indonesia bisa ditahan. Semoga pabrik obat mau menurunkan harga sehingga mereka yang membutuhkan dapat tertolong. Semoga para penderita HIV/AIDS tidak didiskriminasi. Dan terakhir, semoga sebentar lagi vaksin HIV ditemukan!