Biar bertahun-tahun di sini, satu hal yang saya tidak pernah ngerti adalah kesenangan bule² untuk
camping alias berkemah.
Setiap liburan musim panas jalan dipenuhi oleh karavan yg merayap dari satu negara ke negara lain untuk berkemah. Sampai² ada hari Sabtu tertentu di bulan Juli yang disebut Sabtu Hitam, karena macetnya bisa sampai 24 jam di seluruh negara. Belum lagi ada satu hari tertentu diakhir musim semi, dimana orang berduyun² mengantri untuk menandai lahan yang nantinya akan dipakainya camping di suatu hutan di utara Belanda.
Camping sendiri bentuknya tidak terbatas seperti di Indonesia yang hanya memakai tenda ditengah alam tanpa fasilitas extra, yang menurut saya 'kemah' dalam arti sebenarnya. Camping di sini bisa berarti kita tinggal di tenda di kawasan camping yang dilengkapi sarana kamar mandi dan kamar kecil umum komunal yang baik, jauh lebih baik daripada di Cibubur. Bisa juga artinya kita tinggal di
stacaravan, karavan yang permanen berdiri di sana, dan biasanya lumayan besar. Paling tidak didalamnya ada kamar tidur sendiri, kamar mandi & kamar kecil serta ruangan untuk duduk², makan dan dapur yang lumayan lengkap (mesin pendingin dan kompor sudah pasti ada, kadang bahkan ada mesin cuci piring).
Bisa juga kita membawa karavan milik pribadi atau menyewanya. Yang ini bentuknya bisa macam² juga, ada yang terpisah dari mobil kita - jadi harus digandeng; ada juga yang jadi satu dengan tempat menyupir, ada juga yang digandeng tapi masih harus dibangun dulu sesampainya di tujuan - dikenal sebagai
vouwcaravan alias karavan lipat.
Menurut mereka, enak sekali liburan di tempat camping. Dekat dengan alam, romantis, bisa berpindah² tempat setiap hari kalau mau, bisa berkenalan dengan tetangga di tempat camping, siapa tau ada
summer love. Alasan lain: murah. Ini penting bagi Belanda, karena mereka amat cermat kalau tidak mau dibilang pelit. Dengan camping mereka bisa liburan berlama², maklum libur mereka setahun sekitar 5 minggu.
Kemarin saya ngobrol dengan pengacara sukses yang kebetulan keturunan Turki dan beristri Belanda. Ia bercerita tentang liburannya di Spanyol dan Prancis belum lama ini, bagaimana mereka sekeluarga senang sekali tinggal di
bungalow di camping Spanyol, dan di Karavan selama di Prancis yang dilakukan untuk pertama kalinya. Menurutnya dibandingkan tinggal di hotel berbintang 5, tinggal di camping 10 kali lebih menyenangkan. Sampai² sepulangnya liburan, ia membeli
vouwcaravan! "
Volledig geintegreerd (integrasi secara menyeluruh dengan kultur Belanda)", celetuk saya. Dan kami pun tertawa² sambil kemudian membahas iklan Knorr Roti di tv tentang perkawinan intercultural dimana digambarkan si istri bule sibuk memasak roti kari ala Surinam, sementara suaminya yg Creol hanya mau makan hutspot dan sibuk membersihkan karavannya.
Saya jadi kepikiran, kenapa ya kebanyakan orang Indonesia (yang saya kenal) tidak suka camping? Bagi saya sendiri sih saya butuh dinding dan atap yang kokoh. Kemudian ide bahwa masih harus masak, bolak balik bebenah selama liburan amat tidak menarik. Belum lagi bila di tempat camping jarak dengan tetangga dekat, dan belum tentu mereka tidak ribut baik siang maupun malam... tidak ada
privacy. O ya, satu lagi: mungkin karena di tanah air banyak gubuk, jadi ide untuk liburan ditempat 'seadanya' tidak menarik.
Jangan salah, waktu saya kecil sih saya senang² aja berkemah. Terakhir saya kemah kayaknya waktu SD deh, biasa... pramuka. Setelah itu tidak pernah lagi rasanya. Hmm, pernah juga sih nginap di
stacaravan di Disneyland Paris, tapi itu sih cuma 1 malam numpang tidur judulnya dan ngga pakai masak²an. Banyak juga sih yang membujuk, katanya beda kemah di sini, beda juga karena sekarang bukan anak² lagi. Iya, apa yang mereka katakan ada benarnya, tapi tau ya.. koq masih ngga kepengen ikutan camping bila diajak. Jujur saja, bulan Mei lalu hampir aja 'digeret' camping, untung udaranya lagi busuk-busuknya jadi niat itu batal. Fiuh! Rasanya lega deh, jarang² saya senang udara jelek :)
Komedian
Jörgen Raymann yang orang Surinam itu pernah berujar, "
saya tidak mengerti kenapa kalian Belanda kalau liburan senangnya seperti daklozen (tunawisma bin mbambung kata orang jawa, alias homeless)?" Setuju Jörgen... saya juga masih tidak mengerti.