Thursday, December 16, 2004

Anak Berbakat

Sejak sekitar 4 tahun lalu, aku membantu mengurusi mailing list Indonesia tentang anak berbakat. Fokus kita terutama adalah anak berbakat yang bermasalah (gifted dyssynchrony), yang sering terjebak diagnosa seperti autisme yang sedang nge-trend di Indonesia. Alhasil, aku jadi suka ngintip mailing list lain.

Aku liat, ada benang merahnya dari setiap list Indonesia, kalau ngga di'jaga' dengan baik oleh moderator pasti aja jadinya seenaknya aja. Ada yang promosi jualannya, ada yang bolak balik tanya yang sama sampai semua bosen, ada yang curhat, ada yang cuma ngomel aja tanpa memberi jalan keluar. Kemudian, rupanya ada trend bila sudah mempunyai anak emailnya diakhiri dengan 'bundanya X' atau 'papanya Y'. Sebetulnya kalau dialamat emailnya ada nama aslinya sih ngga apa², tapi kalau ngga ada buatku rada mengganggu. Sopannya kan ada keterangan siapa pengirim, apa lagi kalau itu pertanyaan. Lain kalau ia anggota lama yang rajin posting, jadi semua tau email 123@123.com milik si Badu misalnya. Kadang aku jail, dan diakhir imel aku tulis 'kakaknya X' atau 'anaknya Y', boleh dong aku ikutan bangga:P

Mailinglist Anak Berbakat
biarpun sebetulnya terbuka untuk umum, baik orang tua, dokter, guru, psikolog, dan pemerhati tapi ada batasannya. Pertama, websitenya hanya untuk anggota, jadi kalau orang berusaha masuk yg didapat hanya tulisan ' list ini hanya untuk anggota'. Kedua, kalau mau ikut harus permisi dulu. Jadi sebetulnya biarpun masih single juga boleh ikut, asal ya itu tadi... permisi dulu. Tapi kadang kalau mereka yang sudah punya anak tapi anaknya mempunyai diagnosa yang tidak ada hubungannya, misalnya tuna grahita, ya juga kami tolak sih. Yang kayak gini kami
ngga ngerti, mendingan ke tempat lain yang lebih bisa membantu. Begitu juga orang tua yang ingin ikut agar anaknya menjadi anak berbakat, hal ini karena kami tidak percaya 'teori' anak berbakat hasil 'karbitan'. Itu lho... tau kan kalau ada yg bilang ikut les ini anaknya bisa jadi berbakat main biola misalnya, atau ikut terapi itu anaknya jadi berbakat karena otaknya seimbang, minum supplement itu jadi encer otaknya dan lain lain. Jadi konsenstrasi kami ke anak² yang 'dari sana'nya memang berbakat.

Kalau sudah jadi anggota, terus terang saja di list kami, peraturannya cukup keras. Tidak boleh berjualan termasuk promosi segala rupa seminar yang tidak kita dukung. Kami melakukan ini dengan sukarela, jadi tolong tidak mencari uang di list kami. Kemudian semua attachment harus melalui salah satu tim moderator dan semua attachment berbentuk Pdf karena tidak semua punya Microsoft Words versi yang sama, malah jangan² tidak semua punya Microsoft Words. Yang terakhir... kalau badung, silahkan pergi. Semua ini karena kami ngga punya waktu untuk memberi warning ke tiap anggota setiap kali ada pelanggaran. Lebih baik waktunya digunakan untuk mencari/menerjemahkan bacaan yang berguna, yang jelas sulit di peroleh ditanah air.

Setelah sekian tahun kasak kusuk ke berbagai rumah sakit dan universitas, berantem dengan dokter, orang tua, penjual terapi alternatif (AWAS! Mereka galak!), kemarin di list kami ada berita yang memberikan harapan. Minggu lalu ada Seminar "Autisme-Gifted-Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktifitas: Permasalahan dalam diagnosa dan Penanganannya" di Jogja, akhirnya Bagian Anak UGM mau turut serta bahu membahu bersama kami untuk mengusahakan diagnosa yang benar pada anak berbakat yang bermasalah. Bukan apa², biasanya orang hanya berpikir anak berbakat (gifted, hoogbegaafd) tidak ada masalah, enak punya anak berbakat yang pintar. Padahal makin tinggi IQ-nya, artinya semakin tinggi keberbakatannya biasanya masalahnya makin banyak, hanya tergantung anaknya bagaimana ia 'coping' dengan masalah. Sulitnya pada anak balita justru paling banyak masalah, sehingga banyak juga yang dikira berpenyakit ini itu, misalnya autisme. Selain itu anak pintar (smart) itu beda cara berpikirnya dengan anak berbakat (gifted). Yang enak tuh punya anak pintar, disuruh apa juga nurut, perkembangannya pun boleh dibilang mengikuti pakem; sementara anak berbakat cenderung sulit diatur karena semua harus diawali dari dirinya sendiri dan
bukan dari orang lain dengan perkembangan yang naik turun tidak seperti pakem. Yang jelas banyak orang tua yang pusing bagaimana menghadapinya.

Masih ngotot mau 'membuat' anak berbakat? Aku ngeliatnya tuh kayak komputer, tau kan GIGO, garbage in garbage out? Nah.. 'membuat' anak juga sama, kalau basisnya ngga bagus, sulit untuk mengharap hasilnya bisa seperti Einstein. Cari jodohnya yang 'berbakat' juga, lalu selama hamil dijaga baik makanan, psikologis sang ibu, juga fisiknya... Oya, kedua orang tua idealnya tidak merokok apa lagi menggunakan narkoba, mengurangi stress, dll. Nah kalau sudah, baru deh bisa mengharap anaknya berbakat. Itupun kalau yang Kuasa memberi.

No comments: