Monday, December 20, 2004

@

at

Rasanya tanda ini familiar bagi setiap orang masa kini. Hampir tiap hari kita bertemu dengan @. Memang ketenarannya naik sejak adanya internet, tapi penggunaannya sebenarnya sudah sejak ratusan tahun yang lalu.

Profesor Stabile dari La Sapienza University di Italia menemukan dokumen dari tahun 1536 yang manggunakan tanda @, amphora dalam bahasa Italinya yang berarti kendi, saat menunjukkan jumlah. Amphora sendiri merupakan kendi anggur atau gandum. Penggunaannya hampir sama dengan penggunaan masa kini saat kita menunjukkan harga per satuan dalam perdagangan, misalnya 2 kambing @ Rp. 300.000,-

Simbol ini juga sudah menjadi bagian dari tombol standard di mesin ketik sejak tahun 1880-an. Begitu juga dalam keyboard QWERTY, atau QWERTZ di bahasa Jerman, sejak tahun 1940.

Tapi, kebekenannya tidak tertandingi sejak Ray Tomlinson memutuskan menggunakan symbol ini saat mengirim pesan elektronik pertama tahun 1972. Tomlinson saat itu bekerja di Bolt, Beranek, and Newman yang memiliki kontrak dengan ARPANET, cikal bakal internet yang kita kenal sekarang ini. Mereka² ini boleh dibilang menciptakan email. Nah, untuk menghindari pesan sampai ke orang yang salah, dibutuhkan alamat yang jelas, maka Tomlinson menggunakan simbol @ yang dibaca 'at' untuk menunjukkan si A di X dengan alamat A@X. The rest is history.

Sekarang, pengguna internet di seluruh dunia tau bila melihat @ artinya 'di', tapi tiap bahasa rupanya mempunyai sebutan tersendiri atas simbol @ ini. Biarpun dalam bahasa Inggris nama resminya amphora, tapi at-sign lebih beken, hal ini juga terjadi di Jerman dengan at-Zeichen, di Jepang dengan atto maaku serta dalam bahasa Arab fi. Dalam bahasa Spanyol & Portugis dikenal dengan kendi arroba, begitu juga di Prancis dengan arobase, walau ada juga yg menyebutnya escargot alias keong. Sebutan keong juga muncul dalam bahasa Korea dalphaengi, bahasa Itali chiocciola, juga dalam bahasa Hebrew (Yahudi) shablul.

Rupanya simbol ini mengingatkan orang akan ekor binatang, coba saja di Finland dikenal sebagai ekor kucing kissanhäntä, sementara di Norwegia dan Denmark disebut grisehale alias ekor babi. Dalam bahasa Belanda apestaartje dan bahasa Afrikan aapstert berarti ekor monyet.

Di Russia dikenal sebagai anjing kecil sobachka, sementara di Polandia dikenal sebagai kucing kecil, kotek. Dalam bahasa Mandarin, xiao lao-shu berarti tikus kecil, padahal kalau di Swedia disebut snabel-a, alias belalai gajah!

Rupanya simbol ini ngga hanya mengingatkan pada binatang, di Checko disebut zavinac yang artinya 'rollmop' (gulungan kain pel?). Sebagian pengguna bahasa hebrew menyebutnya shtrudl ,strudel kue khas dari Wina sementara di Swedia juga dikenal sebagai kanelbulle, roti kayu manis yang bentuknya mirip simbol @ ini.

Lucu ya, simbol sederhana bisa menimbulkan arti amat berbeda tergantung budayanya. Dalam bahasa Indonesia namanya apa ya? Konde? Huahahahaha...

1 comment:

Anonymous said...

di Indonesia namanya "KUYA" .. alias kura kura... kalo di tempat nya Triesti (yang biang IRC) namanya op .. heehhehe