Sepatu
Tadi siang ke JOC buat meriksa harus pakai sol pembantu (steunzool), katanya telapak kakiku ngga bakal bisa diperbaiki! Sol itu cuma bisa seperti namanya: membantu. Kirain meriksanya bakal lama, taunya cuma lima belas menit, seperti kata telefonisnya kemarin waktu bikin janji. Abis, biasanya kalau ke dokter baik huisarts (dokter keluarga) maupun ke dokter gigi, kata sekian lama, prakteknya bisa lebih lama.
Jadi dengan kaki telanjang dilihat posisi sedang berdiri, kemudian ditanya masalahnya apa aja. Kemudian aku musti berdiri diatas karet, rupanya kakiku sedang di scan, laku aku harus mondar mandir jalan sembari dilihat dan di scan. Katanya, beban dikakiku tidak normal, terlalu di belakang dan luar, jadi butuh steun sol itu tadi sehingga posisi mata kakiku pun lebih kuat, tidak seperti sekarang.
Dua minggu lagi aku harus kembali lengkap dengan membawa sepatu tap-ku untuk mengambil sol baru yang katanya bisa aku pakai disemua sepatuku.
Setelah satu jam tapping, latihan selesai, tapi dimana sepatuku? Aku cari kemana² ngga ada! Aku ke bawah, ke tempat concierge, tukang jaga, berharap ada yang mengembalikan sepatuku seandainya tertinggal di lift. Tapi tidak ada. Tak, tuk, tak,tuk. Setengah lari aku kembali ke atas, ke ruang tap lagi, ngga ada sepatuku juga. Akhirnya aku kembali ke concierge. Masih ngga ada.
Duh, mau marah juga ngga bisa. Kemana ya sepatuku? Hampir aja aku pulang ke rumah dengan kendaraan umum bersepatu tap, untung ada teman sekelas yang berbaik hati mau mengantar dengan mobil. Phew! Jadinya sepatu tapku ngga ancur² amat.
Masih ngga habis pikir, dimana ya sepatuku?
No comments:
Post a Comment